7 Hal yang Perlu Dieliminasi Dalam Hidup

hal yang perlu dieliminasi dalam hidup

Ternyata ada 7 hal yang perlu dieliminasi dalam hidup agar seseorang bisa lebih bahagia. Dalam momen bulan Ramadan 1444 H atau tahun 2023 ini, saatnya naik ke level yang lebih tinggi dalam memaknai hidup. Bagi yang selama ini masih selalu bergantung atau terpengaruh dengan pandangan orang lain terhadap dirinya, yuk mulai sekarang fokus pada hal-hal yang membahagiakan diri dan mencari tahu apa saja sih hal penting yang berpotensi membawa kebahagiaan untuk diri sendiri.

Sebagai seorang ibu dari tiga putra dan putri yang saat ini mulai beranjak remaja, pasti kerap muncul perasaan khawatir entah terhadap keluarga atau diri sendiri. Lingkungan pergaulan remaja yang kian hari makin mengkhawatirkan, mau tidak mau juga mempengaruhi pikiran seorang ibu. Belum lagi masalah-masalah lainnya yang mengakibatkan seorang ibu rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Padahal  sosok ibu memiliki peran sangat penting dalam keluarga.

Tahukah, seorang ibu selain harus menjaga kesehatan fisik agar beraktivitas mengurus keluarga dan anak-anak, juga dituntut memiliki kesehatan mental yang baik dan optimal. Mengapa? Karena kesehatan mental seorang ibu dapat mempengaruhi kondisi keluarga serta pola asuh anak. Faktanya, seringkali seorang ibu, entah itu ibu rumah tangga atau ibu pekerja tidak bisa menghindarkan diri dari tekanan yang memicu stres, apalagi jika kerap mengalami gangguan rumah tangga yang berulang tanpa penyelesaian yang tepat.

Padahal semua tahu kalau anak-anak yang bahagia diawali oleh pola pengasuhan ibu yang bahagia, untuk itulah seorang ibu penting harus merasa bahagia meskipun rasa bahagia ibu bukan berarti bebas dari tekanan. Sederhananya, bahagia adalah tentang perasaan seseorang bisa menerima dan bersyukur atas apa yang sudah didapatkan. Perjalanan mencari kebahagiaan terkadang harus melalui jalan berliku dan proses yang panjang. Tapi bukan berarti tidak bisa ya! Berikut ini tujuh hal yang perlu dieliminasi dalam hidup untuk mewujudkan perasaan bahagia dalam kehidupan seseorang, simak ya!

7 Hal yang Perlu Dieliminasi Dalam Hidup

1. Kebiasaan Membandingkan Diri Dengan Orang Lain

Terkadang, sengaja atau tidak, seseorang termasuk saya nih pasti pernah membandingkan diri dengan orang lain, terutama tentang apa yang sudah berhasil dicapai selama ini. Akibatnya kerap muncul rasa kurang puas dengan apa yang sudah berhasil dicapai, dan iri terhadap pencapaian lebih tinggi orang lain. Ternyata perasaan yang cenderung berujung negatif ini bisa memicu kurang fokus pada tujuan yang semula ingin dicapai...sayang sekali kan!

Berdasarkan rilis American Psychological Association, dalam istilah psikologi kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain disebut dengan istilah Social Comparison. Nah, social comparison ini tidak melulu dilakukan dengan orang yang memiliki pencapaian di atas atau setara dengan orang tersebut lho, bisa juga dengan orang yang justru pencapaiannya di level bawah. Kira-kira apa alasannya ya? Ternyata alasan seseorang membandingkan diri dengan orang lain didasari pada keinginan untuk menjadi sosok pribadi yang lebih baik.

Lantas, apa sisi negatif dari kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain? Efek negatif dari kebiasaan social comparison ini kerap memunculkan perasaan iri, rasa tidak aman atau insecure, dan kesulitan untuk membangun kepercayaan diri. Untuk itu, alih-alih selalu membandingkan diri dengan orang lain, lebih baik fokus untuk mengembangkan diri dan mencari tahu kelebihan yang dimiliki, agar dengan kekuatan ini seseorang bisa menjadi versi terbaik dari dirinya. Jadi, eliminasi segera kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain ya!

2. Lingkungan yang Toxic

Lingkungan Toxic merupakan suatu lingkungan yang memiliki atmosfer, suasana, atau orang-orang didalamnya yang menimbulkan dampak negatif dan buruk. Sehingga hal tersebut hanya akan menimbulkan gangguan baik secara fisik maupun mental. Terkadang, tanpa disadari seseorang terjebak atau masuk dalam lingkaran lingkungan yang toxic, yang tidak hanya menganggu kesehatan mental saja tapi juga fisik seseorang.

Untuk itu, jangan pernah menghabiskan waktu di lingkungan yang berpotensi menjadi toxic dan berhawa negatif, karena hal tersebut hanya akan menyakiti diri sendiri tidak hanya mental tapi juga fisik. Jika berada atau menemukan lingkungan yang toxic segera batasi diri dan eliminasi lingkungan tersebut. Cari lingkungan yang lebih sehat dan fokus pada tujuan yang ingin dicapai. Mungkin saat awal keluar dari lingkungan yang toxic, seseorang mengalami kesulitan, namun lingkungan yang sehat tentu akan membawa perubahan positif dalam hidup seseorang.

3. Sikap Meragukan Diri Sendiri

Pernahkah melewatkan satu peluang besar hanya karena tidak percaya diri atau ragu dengan diri sendiri? Terkadang memiliki perasaan ingin mencoba sesuatu yang baru, namun kerap dihadang pemikiran bahwa diri belum cukup baik untuk mengerjakan hal tersebut sehingga memilih merelakan kesempatan yang datang. Nah, apa yang baru saja dilakukan ini bisa dikategorikan sikap meragukan diri sendiri lho. 

Tahukah, sikap suka meragukan diri sendori atau Self Doubt umumnya disebabkan oleh kurangnya rasa percaya diri sehingga orang tersebut merasa berat atau enggan keluar dari zona nyaman. Setiap kali menemukan tantangan baru, pikiran langsung dipenuhi oleh perasaan khawatir dan ketidakpastian. Jadi, jangan pernah terlena dengan sikap seperti ini, karena untuk jangka panjang akan membawa pengaruh buruk bagi kesehatan mental dan pola pikir kedepannya. 

Jadi, jangan pernah ragu untuk mengeliminasi hal ini, karena jika tidak maka orang tersebut berpotensi akan selalu stuck di tempat yang sama dan selalu menjalani hidup dengan rasa khawatir yang berlebihan. Tentu saja sikap ini juga akan menjadi sebab munculnya relasi yang buruk dengan diri sendiri, dan dari diri sendiri juga akan mempengaruhi relasi dengan orang disekitarnya. Ingatlah, manusia adalah makhluk sosial, yang cepat atau lambat akan selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.

fokus pada tujuan dan kebahagiaan

4. Selalu Mencari Validasi Dari Orang Lain

Seeking Validation atau sikap suka mencari validasi dari orang lain terkadang banyak dilakukan orang tanpa disadarinya lho. Jadi, apa sih sebenarnya mencari validasi itu? Mencari validasi sering diartikan sebagai usaha seseorang untuk mencari persetujuan atau dukungan dari orang lain atau orang disekitarnya, terkait apa yang dipikirkan, dilakukan, ataupun dipercayai. Sebenarnya, untuk takaran tertentu, suka mencari validasi ini sikap yang wajar kok, karena seseorang pasti ingin dipahami atau diterima orang lain.

Namun sayangnya, seringkali dijumpai seseorang yang bersikap berlebihan dalam mencari validasi hingga berakibat kondisi kurang nyaman bagi orang lain. Ingatlah, di atas keinginan untuk divalidasi orang lain, ada seseorang yang kita mintai validasi juga menginginkan hal yang demikian. Jika sudah seperti ini, sebaiknya mulailah untuk mengeliminasi hal ini, karena jika dibiarkan bisa berpotensi menganggu kesehatan mental lho.

Jika ditelusuri ke belakang, biasanya sikap ini muncul berawal dari pengalaman masa kecil, di mana seseorang di masa kecilnya sering mengalami penolakan untuk mengutarakan perasaannya. Akhirnya orang tersebut tumbuh dengan persepsi bahwa tidak seharusnya mempercayai perasaan sendiri dan agar tenang harus mencari persetujuan dari orang lain. Untuk itu, selain berupaya mengeliminasi sikap ini, juga harus dibarengi dengan menumbuhkan rasa percaya diri, agar orang tersebut bisa melakukan self Validation atau validasi dari diri sendiri.

5. Terjebak Masa Lalu

Duh...jadi ingat dengan salah satu lagu Raisa yang judulnya, terjebak nostalgia...hehehe! Memang harus diakui, melupakan kenangan masa lalu adalah hal yang paling sulit dilakukan, termasuk ingatan masa lalu tentang hal yang tidak menyenangkan. Tahukah, terjebak masa lalu akan membuat seseorang merasa kesulitan untuk mengapai kebahagiaannya di masa kini dan bahkan masa depan. Harus diakui, meskipun mudah diucapkan, banyak orang merasa kesulitan untuk melepaskan diri dari bayang masa lalu bahkan tidak sedikit masih terjebak masa lalu yang belum usai.

Lantas, apa saja sih pertanda seseorang masih terjebak masa lalu? Ada banyak hal yang bisa menjadi pertanda seseorang masih terjebak masa lalu, diantaranya masih kerap menyalahkan banyak hal. Seharusnya, masa lalu sudah berlalu, namun ada sebagian orang yang belum move on dan masih menyalahkan keadaan serta orang-orang disekitarnya. Selain itu, orang yang masih terjebak masa lalu, kerap suka berandai-andai dan terlihat belum menerima realita yang ada di depan mata.

Jika kondisi ini terus terjadi tanpa solusi, maka berpotensi akan membuat seseorang merasa kesulitan menemukan peluang baru dan kesulitan untuk melakukan usaha yang sifatnya baru. Memang sih, tidak selamanya masa lalu berisi kenangan buruk, adakalanya seseorang masih menyimpan dalam ingatannya kenangan masa lalu yang membahagiakan, yang memicu semangat baru dalam diri seseorang. Namun, jika selalu terjebak di masa lalu, tentu akan berpotensi menghambat apapun pencapaian di masa depan. Jadi, eliminasilah hal ini jika terjebak masa lalu hanya akan membawa kesulitan di masa yang akan datang.

6. Menuntut Diri Untuk Selalu Sempurna

Menuntut diri untuk selalu sempurna atau Perpeksionis, pada dasarnya ada dalam diri setiap orang baik disadarinya atau tidak. Hanya skalanya saja yang membedakan, karena ada orang-orang yang nyaris menginginkan perfeksionis dalam segala aspek kehidupan, namun ada juga yang hanya satu aspek saja. Untuk satu hal, sikap perfeksionis ini memang memberikan dampak positif dalam hidup seseorang. Namun, jika sudah berlebihan atau menuntut diri secara berlebihan untuk selalu sempurna tentu memiliki dampak yang negatif juga lho.

Mengapa? Karena sikap menuntut diri untuk selalu sempurna atau perfeksionis dalam segala hal bisa memiliki dampak negatif tidak hanya untuk orang itu sendiri tapi juga untuk orang lain. Seseorang yang menuntut diri untuk selalu sempurna biasanya mengalami kesulitan untuk menerima kritik atau saran dari orang lain. Selain sulit menerima kritik, seseorang yang perfeksionis seringkali terlalu kritis terhadap orang lain, yang tidak jarang menimbulkan pertentangan dengan orang yang dikritiknya tersebut.

Ada juga kecenderungan seseorang yang terlalu menuntut diri untuk selalu sempurna kerap merasa bersalah dengan diri sendiri jika mengalami suatu kegagalan. Jika hal ini dibiarkan tanpa solusi, maka orang tersebut tidak akan pernah menikmati hidup atau merasa bahagia, padahal sejatinya bahagia bisa muncul dari hal-hal yang sederhana. Berbagai dampak negatif inilah yang membuat seseorang harus mengeliminasi sikap menuntut diri untuk selalu sempurna jika dirasakan sudah terlalu berlebihan dan berpotensi merugikan diri sendiri dan juga orang disekitarnya.

7. Hidup Berpedoman Pada Orang Lain

Sebisa mungkin, eliminasilah sikap yang terlalu berpedoman pada orang lain dalam segala hal, karena masing-masing individu adalah unik dan memiliki jalan hidup yang berbeda. Bahkan dua anak kembar identik yang terlahir dalam waktu sama dan rahim yang sama pun nantinya akan menjalani hidup yang berbeda juga. Mencontoh hal positif dari orang disekitarnya sebenarnya boleh-boleh saja, namun tetap ada batasannya ya, jangan sampai semua hal yang dikerjakan harus berpedoman dengan orang tersebut. Hal yang menurut orang tersebut baik, belum tentu baik juga untuk orang lain.

Setiap orang memiliki porsi yang berbeda, mungkin di satu aspek porsi orang lain terlihat lebih dominan, namun jangan berkecil hati karena bisa jadi di aspek yang lain orang tersebut tidak semenonjol itu, jadi banggalah pada diri sendiri dengan segala kelebihan serta kekurangnya. Apakah tidak boleh memiliki idola? Tentu boleh-boleh saja bahkan memiliki idola terkadang bisa menjadi pelecut semangat untuk terus berusaha hingga mencapai kesuksesan. Namun, mengidolakan seseorang bukan berarti menjadikan idola tersebut sebagai pedoman yang harus diikuti dalam segala hal. Jadilah diri sendiri tanpa perlu menjadikan orang lain sebagai pedoman dalam menjadikan kehidupan.

motivasi
Foto/ilustrasi: Freepik.com

Bagaimana? Adakah salah satunya yang masih sering dilakukan dan merasa sangat sulit dihilangkan, sejak sekarang berusahalah untuk mengeliminasi hal-hal yang dirasa kurang membawa pengaruh positif dalam kehidupan, karena untuk menjalani kehidupan yang terkadang sangatlah berat ini...seseorang harus memastikan dirinya bisa bahagia. Bahagia terkadang muncul dari hal-hal yang sederhana kok! Semoga bermanfaat yah!

Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog bundadigital.my.id | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

22 komentar untuk "7 Hal yang Perlu Dieliminasi Dalam Hidup"

Comment Author Avatar
Yang masalah lingkungan toxic ini kadang jadi sebuah hal yang sulit ditinggalkan, apalagi kalau itu menyangkut keluarga.

Tapi yang lainnya memang saya setuju banget, karena hidup yang tenang itu adalah hidup untuk diri kita, bukan selalu untuk orang lain :)
Comment Author Avatar
Wah terima kasih mbak sudah menyentil dengan artikel ini. Kadang saya masih suka meragukan diri sendiri. Padahal kenyataannya terkadang kita lebih hebat dari yang kita pikirkan.
Comment Author Avatar
Memang kita perlu mengeliminasi hal-hal tertentu dalam hidup. Seperti misalnya membandingkan diri secara enggak sadar saat sosmed-an..rasanya kok iri, si A sudah bisa apa, sudah punya apa dst, saya belum ya. Hiks. Tips yang bermanfaat, Mbak:)
Comment Author Avatar
Point 1 emang paaaling sering ada di dalam kepala wanita ni, mba, 😅

Saya pun dulu terlalu cemas dengan kehidupan masyarakat sekitar di saat anak-anak beranjak remaja. Sampai curiga gitu sama anak sendiri.

Duuh! Alhamdulillah mereka udah mandiri sekarang.
Comment Author Avatar
Jadi menyadarkan aku untuk beberapa poin yang masih ada dalam keseharian, walaupun sebenernya tau itu salah, secara tidak sengaja muncul, seperti ingin selalu sempurna untuk segala hal. Semoga aja terus berproses menjadi lebih baik, terima kasih artikelnya ya mba jadi aku bisa terus introspeksi dan belajar lebih baik
Comment Author Avatar
Ya ampun mbak, ketujuh hal di atas masih sering aku lakuin. terutama menuntut diri untuk selalu sempurna. Padahal tahu ini sangat berat. Akhirnya aku stress sendiri.
Comment Author Avatar
Nomor 1 kayaknya susah banget di hilangkan deh, tau tau auto menimbang dan screening hahaha padahal bikin mental sakit ya
Comment Author Avatar
ini beneran sumber stres dalam hidup ya mbaaa
baiklaaaa aku juga siap utk mengeliminasi satu per satu.
Comment Author Avatar
pengetahuan ini semoga bisa diamalkan dalam sehari-hari. pastilah tidak mudah melatihnya, apalagi untuk urusan banding membandingkan di era digital yang seolah transparan.
Comment Author Avatar
Membandingkan dengan orang lain, harus cepet0cepet istighfar yan. Bersykuar banyak-banyak. Yg kesel tuh, kayau orang terjedekat yang mendingkan dengan orang lain.
Comment Author Avatar
Semuanya harus saya eliminasi segera agar hidup lebih berkualitas dan tanpa toxic nih
Comment Author Avatar
Setuju banget dengan poin poin di atas kak, dengan melakukan hal hal di atas kita ga akan pernah bahagia sampai kapanpun
Comment Author Avatar
Setuju banget dengan ketujuh hal di atas. Menjauhi lingkungan toxic, tidak membandingkan, tidak ikut campur urusan orang lain pun perlu dilakukan biar hidup lebih tenang dan bahagia.
Comment Author Avatar
Dari 7 poin di atas, rasanya hampir semua related ke saya nih Mbak. Sering membandingkan diri sendiri, menuntut kesempurnaan, mencari validasi, hehehe. Banyak ya PR kehidupan ini ternyata. Salah satu cara menjalani hidup dengan ringan adalah bisa mengatur atau meregulasi apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita sendiri ya.
Comment Author Avatar
Ah iya, setuju banget aku
Tujuha hal ini harus kita tinggalkan ya mbak
Agar kita bisa menjalani hidup dengan tenang
Comment Author Avatar
Nomor 6 itu kayaknya aku banget. Nikah udah 12 tahun kadang masih suka perfeksionis. Padahal sebenarnya sudah tahu kalau jadi ibu itu harus menurunkan standar ke diri sendiri. Tapi makin ke sini aku jadi lebih santai. Kasihan anak anak kalau emaaknya semi militer🤪.
Comment Author Avatar
beberapa point di atas masih terjadi sih pada diri saya kayak membandingkan diri dengan orang lain apalagi dengan adanya media sosial yang menampakkan kehidupan sempurna orang-orang duh kadang jadi insecure sendiri
Comment Author Avatar
Nomer 1, nih, paling sering dilakukan orang, termasuk saya. Mungkin dari hasil parenting zaman dulu yang masih suka membandingkan
Comment Author Avatar
Aku uda mulai mencari kebahagiaan versiku deh..
Soalnya kalau nurutin standar orang, rasanya gak abis-abis dan pada akhirnya aku exhausted sendiri. Penting banget untuk senantiasa berkomunikasi terhadap diri sendiri dan memberi ruang untuk menghargai segala jerih payah yang sudah kita lakukan sehari-hari sebagai bentuk self love sesungguhnya.
Comment Author Avatar
Memang ketika kita hidup berdampingan dengan orang lain, sebaiknya tidak perlu memusingkan pendapat mereka yang mengganggu kita ya kak. Apalagi memasuki bulan Ramadan, maka sudah saatnya kita menjauhkan diri dr lingkungan toxic
Comment Author Avatar
aih bener banget mbak,... aku sekarang sudah melepas sebagian hal yang menyesakkan hati itu mbak lingkungan toxic yang sangat melelahkan jiwa raga rasanya ya
Comment Author Avatar
mbaa makasih banget ya remindernya dan motivasinya ini, huhuhu kadang aku masih yang membandingkan diri gitu harus dieliminasi nihh