(Review Singkat) The Most Beautiful Goodbye, Drama Keluarga Sarat Pesan Moral

Nonton drama korea sudah sejak puluhan tahun saya lakukan, tadinya cuma ikutan mama saya yang hobi nonton drama korea di televisi, akhirnya saya ikutan suka bahkan bersama adik saya dulu sering hunting VCD drama korea hihihi...zaman masih boomingnya VCD, kadang suka pinjam di rental VCD atau kalau lagi punya uang patungan beli VCD, dan nonton deh sampai malam, kalau perlu sampai tamat. Setelah kami berpisah dan hidup bersama keluarga masing-masing, bukan berarti hobi bersama nonton drama korea hilang karena jika ada kesempatan kami masih kok saling bertukar informasi seputar drama korea. Biasanya kalau sudah penat dengan pekerjaan, baik urusan rumah tangga atau aktivitas menulis, biasanya saya suka nonton drama korea. Nah...diantara semua genre drama korea, saya paling suka yang bergenre Sageuk, drama ala-ala kerajaan korea. Kalau sudah sliweran teaser drama korea bergenre ini, biasanya saya langsung fokus cari informasi dan beberapa kali lho saya nonton drama korea bergenre Sageuk Ongoing alias pas tayang di televisi korea, padahal sebagian besar jadwal tayang drama korea di negaranya sana nyaris selalu malam hari dan selisih waktu dengan Indonesia sekitar dua jam lho.

Drama Korea The Most Beautiful Goodbye
(Photo: Wikipedia)
Tapi akhir-akhir ini selain drama korea bergenre Sageuk, saya mulai suka dengan drama yang bergenre keluarga, biasanya drama ini tayang weekend dan jumlah episodenya lumayan banyak lho, bisa tembus lebih dari 50 episode. Meskipun jumlah episodenya banyak, beberapa drama korea bergenre keluarga saya tonton sampai tamat, bahkan ada yang saya belain ongoing lho...hahaha, soalnya dramanya bagus dan bikin penasaran sampai terharu, apalagi kalau menyangkut hubungan orangtua dengan anak, jadi keingetan orangtua yang sudah enggak ada lagi...hiks. Kebetulan pas lagi scroll instagram, saya nemu cuplikan drama korea yang adegannya sangat mengharu biru alias bikin sedih, langsung deh saya cari informasinya di mbak Google, dan ketemu, ternyata judulnya "The Most Beautiful Goodbye In The World." Dramanya sih enggak baru-baru amat melainkan sudah tayang bulan Desember 2017 di TVN, salah satu TV Cable alias berbayar di Korea Selatan. Track Record TVN soal drama korea berkualitas, rasanya enggak perlu diragukan lagi dan cukup banyak drama korea produksi TVN yang saya tonton, semuanya bagus-bagus ditambah lagi aktor dan aktrisnya juga enggak main-main, kualitas jempolan semua.

Saya termasuk jarang lho menulis review drama korea, sejak pertama kali nonton drama korea hingga sekarang, meskipun banyak yang bagus-bagus dan bisa lho saya review di blog. Tapi kali ini berbeda, entahlah...mungkin karena jumlah episode-nya yang hanya 4 episode atau karena saya untuk pertama kalinya nangis sampai sesegukkan lho pas nonton drama korea ini, kalau enggak percaya nonton sendiri deh! Bahkan pas reading sebelum mulai syuting, pemainnya pada nangis lho, kebayang kan pasti sedih banget deh ceritanya.

"The Most Beautiful Goodbye In The World" dibintangi oleh aktor dan aktris yang namanya enggak asing lagi lho kalau suka nonton drama korea, seperti Choi Ji-Woo, Yoo Dong-Geun yang suka berperan sebagai bapak, Minho SHINee, Won Mi Kyung sebagai ibu sentral utama cerita ini, dan masih banyak lagi. Kabarnya, ketika tayang rating yang di raih cukup tinggi, dan untuk tv kabel rating tinggi terbilang sangat langka lho, jaminan ceritanya bagus sudah pasti.

Dalam drama ini, Choi Ji-Woo berperan sebagai Yeon Soo si anak pertama, Minho SHINee sebagai Jung Soo anak kedua, Yoo Dong Geun sebagai ayah atau Jung Cheol, Won Mi Kyung sebagai Ibu atau In Hee, dan Kim Young Ok sebagai nenek, serta beberapa pemeran lain yang juga memiliki keterkaitan erat membangun emosi cerita ini. Namanya juga bergenre drama keluarga, pastinya sebagian besar cerita akan berpusat pada keluarga Yoon Soo, tapi kali ini fokus utamanya adalah sang ibu,

Secara garis besarnya adalah menceritakan tentang sosok ibu yang selama hidupnya mendedikasikan hidupnya mengurus keluarga, suami, anak-anak, dan ibu mertuanya yang mengidap Dimensia akut atau pikun yang cukup parah sehingga tidak lagi mengenali keluarganya. Sebagaimana keluarga lainnya, pastilah mengalami banyak masalah seperti kehidupan keluarga lain juga, dan ini yang membuat saya suka drama ini, ceritanya sederhana seputar keseharian keluarga di dunia, termasuk di Indonesia, konflik dengan suami, anak-anak yang mulai beranjak dewasa, dan mengurus ibu mertua yang mengalami dimensia cukup parah sehingga semua aktivitas pribadinya harus di bantu oleh orang lain.

Sang ibu harus menghadapi suami yang usianya mulai menua dan merasa tidak diperlakukan dengan semestinya di tempatnya bekerja, kebetulan suami atau bapak ini berprofesi sebagai Dokter, sehingga muncul keinginan untuk berhenti dari rumah sakit tempatnya bekerja dan pindah ke kota lain. Belum lagi harus menghadapi anak-anak yang mulai sibuk dengan urusannya sendiri dan jarang ada waktu untuk orangtuanya (yah mungkin seperti inilah nantinya yah, ketika anak masih kecil selalu menempel pada orangtua nanti setelah anak dewasa mereka akan pergi menjauh, menjemput masa depannya sendiri). Lalu ibu mertuanya yang mengalami Dimensia cukup parah sehingga hampir tidak mengenali siapa-siapa termasuk anak dan menantunya. Inilah bagian menurut saya juga sangat menyentuh, mengurus orangtua apalagi saat sudah mulai pikun bukanlah hal mudah, butuh ekstra kesabaran dan keteguhan hati, jangankan ibu mertua dengan ibu sendiri pun kadang berkonflik, apalagi jika orangtua sudah mulai pikun dan kembali bersikap seperti anak-anak.

Kondisi mulai berubah ketika sang ibu di diagnosa menderita sakit kanker ovarium yang tadinya berawal dari sakit ketika buang air kecil. Setelah dilakukan pemeriksaan, ternyata kanker yang mengerogoti tubuhnya sudah menjalar ke organ-organ penting dan di vonis stadium akhir. Awalnya hanya sang ayah dan rekan dokternya yang mengetahui kondisi ini, barulah setelah sang ibu akan di operasi, anak-anak satu persatu mulai mengetahui. Adegan ini bagi saya sangat mengharukan, manakala si sulung Yeon Soo yang selama ini nyaris tidak pernah membantu pekerjaan ibunya mulai belajar mengambil alih tugas rumah tangga, dan anak bungsu Jung Soo yang setiap hari kerjanya hanya bersenang-senang dan bermain dengan temannya mulai bertekad ingin membahagiakan ibunya dengan fokus belajar agar lulus ujian masuk perguruan tinggi. Tapi sayang, karena kankernya sudah menjalar ke berbagai organ penting, akhirnya dokter angkat tangan dan menyatakan bahwa sang ibu tidak akan bertahan lebih lama lagi.

Memasuki dua episode terakhir, yaitu 3 dan 4, adalah puncak cerita dan kalau berniat menonton harus siap-siap tisu, karena inilah momen yang menurut saya sangat menyedihkan. Di saat sang ibu harus berjuang melawan rasa sakit yang mulai sering dirasakannya, ibu tetap harus memikirkan keluargannya. Ibu tetaplah seorang ibu, sekalipun sakit parah tetap mempersiapkan segala sesuatunya untuk keluarga. Mulai dari asuransi untuk adik dan adik iparnya agar kelak bisa menghidupi dirinya sendiri, untuk suami juga anak-anak serta terutama ibu mertuanya. Inilah saat-saat air mata bercucuran, ketika secara tidak langsung sang ibu membuat momen perpisahan dengan suami dan anak-anaknya, dan bagaimana suami mempersiapkan rumah idaman sang ibu yang sudah lama diimpikannya, yaitu di Gapyeong, karena memiliki cuaca yang lebih hangat.

Drama Keluarga
(Photo: Pexels)
Pokoknya nonton sendiri deh, di jamin akan merasakan sendiri atmosfer kesedihannya seperti yang saya rasakan dan bikin saya tertarik untuk menulis sedikit reviewnya, sedikit di luar kebiasaan saya yang agak malas kalau urusan menulis review drama korea, karena bagi saya cukup di nikmati. Pesan moralnya? Banyak, diantaranya bagaimana memperlakukan orangtua dengan kasih sayang sekalipun sudah pikun parah, bagaimana baktinya seorang istri pada suami, betapa luar biasanya seorang ibu mengurus keluarga dan anak-anaknya sekalipun sudah beranjak dewasa, menyadarkan anak-anak akan besarnya kasih sayang orangtua, dan masih banyak lagi. Inilah yang membuat saya suka drama korea, ceritanya konsisten, fokus, sederhana, namun sarat pesan moral. Enggak hanya itu, seringkali ada iklan produk tertentu, namun sisipan iklan tersebut sangat halus dan nyaris menjadi bagian dari cerita sehingga penonton tidak menyadarinya. Soal akting, jangan di tanya karena benar-benar nyatu dengan tokoh yang diperankannya. Belum lagi berbagai budaya yang nyaris selalu di temui di setiap drama korea, mulai dari tradisi, kuliner, destinasi wisata, dan masih banyak lagi. Inilah yang membuat budaya Korea terkenal hingga ke mancanegara, karena sebagian besar orang mengetahuinya dari drama korea.

Tertarik menontonnya? Iya dong, selain buat refresing, ternyata banyak ide baru buat menulis lho, dan plusnya lagi buat saya bisa memancing mood buat bekerja lagi, karena tanpa sadar saya merasa bersyukur masih diberikan kesempatan untuk menikmati hangatnya sinar matahari, hujan, riuhnya coleteh anak-anak, teguran suami kalau begadang pas lagi deadline, sapaan ramah dari tetangga, kucing yang mengeong minta jatah makan setiap pagi, teriakan tukang sayur, dan masih banyak lagi. Syukurlah saya masih diberikan kesehatan untuk merasakan keindahan itu😍.
Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog bundadigital.my.id | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "(Review Singkat) The Most Beautiful Goodbye, Drama Keluarga Sarat Pesan Moral"