Phobia Air, Adakah Cara Mengatasinya?

Tadinya mumpung sedang senggang, saya ingin membuat postingan atau catatan perjalanan mengunjungi Kota Krui, yang dahulu menjadi bagian dari Kabupaten Lampung Barat, kini telah berkembang dan memisahkan diri menjadi kabupaten yang mandiri, yaitu Kabupaten Pesisir Barat di mana Krui menjadi ibukotanya. Tapi sambil lalu suami mengatakan, kok saya belum pernah membuat postingan atau cerita perjalanan naik kapal yang selama ini saya jalani sejak pindah menyeberang ke Pulau Jawa. Yah...dalam kurun waktu tersebut bisa di bilang pelayanan kapal penyeberangan Merak - Bakauheni semakin lama semakin baik jika dibandingkan saat saya masih kecil.

Tapi, ingat menyeberang naik kapal pastinya saya ingat laut, karena perjalanan tersebut menyeberangi Selat Sunda yang pada musim tertentu ombaknya lumayan tinggi dan sedikit bikin kapal bergoyang. Tapi untunglah, saat ini beberapa kapal sebagai alat transportasi penyeberangan memiliki bobot yang lumayan besar sehingga ombak tersebut hampir tidak terasa dan perjalanan menjadi cukup nyaman. Nyaman? Benarkah, nyaman untuk saya? Sejujurnya, niat mau membuat postingan tentang suka duka naik kapal penyeberangan Merak-Bakauheni menjadi bergeser lagi karena setiap kali ingat laut saya mengalami sedikit masalah.

Phobia Air
Foto: Pexels.com
Yap...bisa di bilang saya ini takut air atau istilah kerennya Phobia air, tapi bukan air yang biasa berada di kamar mandi atau yang digunakan untuk melakukan berbagai aktivitas sehari-hari, melainkan air yang sangat banyak, luas, dan dalam. Menurut para ahli, takut pada air secara berlebihan disebut juga Aquaphobia, di mana seseorang ketika berada di lautan terbuka atau air dalam jumlah yang berlebihan mengalami rasa tidak nyaman dan ketakutan yang sangat besar. Meskipun faktanya setiap kali phobia saya kambuh saya nyaris tidak pernah sampai histeris, namun hal itu cukup menganggu saya. Terkadang saya iri jika melihat banyak orang duduk dengan santai di pelataran kapal sambil menikmati angin sepoi-sepoi dan deburan ombak ketika naik kapal, bahkan beberapa di antaranya tertidur pulas di pelataran pinggir kapal tersebut. Memang, ada beberapa kapal memiliki pelataran yang cukup luas sehingga orang bisa menyewa tikar atau alas untuk beristirahat di pelataran tersebut.

Tapi saya tidak bisa karena hal itu bisa bikin saya sedikit histeris, dan saat ini yang menyadari ada masalah tersebut dalam diri saya hanya suami bahkan orang tua saya pun tidak pernah menyadarinya, maklum dahulu kami tinggal di kota kecil yang cukup jauh dari laut dan kolam renang masih menjadi fasilitas yang mahal. Saya pun baru menyadari bahwa tingkat ketakutan saya terhadap air cukup tinggi setelah kuliah di mana kampus saya memiliki kolam renang sendiri. Walhasil setiap kali di ajak berenang saya jadi panas dingin. Jangankan berenang, melihat air di kolam renang dewasa saja bisa bikin saya hampir pingsan. Karena itu tidak heran jika setiap kali saya naik kapal melihat lautan yang sangat luas dan dalam bisa bikin saya agak sedikit stress. Walhasil, aktivitas saya selama perjalanan tersebut hanya berkutat di dalam kapal atau lebih baik tidur.

Rasa ingin tahu lebih jauh mengapa saya mengalami hal seperti ini justru timbul ketika saya mulai aktif menulis, yang secara otomatis membuat intensitas membaca saya harus bertambah. Meskipun sepintas lalu saya tahu penyebabnya, namun untuk memastikannya tetap diperlukan referensi. Setelah membaca berbagai referensi, akhirnya sedikit paham bahwa penyebab saya mengalami phobia ini adalah ketika masih kecil sekitar enam atau tujuh tahun saya memang hampir tenggelam ketika berenang di kolam renang, dan kolam renang tersebut secara kebetulan berada tidak jauh dari bibir pantai sehingga ingatan akan ketakutan tersebut pastinya selalu menyertai TKP atau Tempat Kejadian Perkara, yaitu kolam renang dan laut. Rasa takut yang begitu dalam ternyata menimbulkan efek trauma dalam diri saya. Suami mulai menyadari ada yang tidak beres karena setiap kali anak-anak berenang, saya tidak pernah ikut dan kalaupun ikut hanya duduk di pinggir kolam. Pernah suatu kali kejadian, saya agak histeris melihat anak sulung saya meloncat dengan santai ke kolam renang dewasa, padahal saya tahu dia bisa berenang.

Mungkin inilah alasan mengapa akhir-akhir ini saya mulai mencari tahu dan informasi tentang phobia jenis ini, karena sejujurnya saya tidak ingin anak-anak mengalaminya dan untuk itu saya harus bisa mengatasi diri saya sendiri dulu agar ketakutan saya ini tidak akan menular atau mempengaruhi tumbuh kembang anak-anak.

Phobia Air, Adakah Cara Mengatasinya?

Dari beberapa referensi dan penelitian yang saya baca, untuk mengatasinya tentu dibutuhkan tekad dan niat yang kuat dari diri saya serta yang terpenting saya harus berani menghadapi ketakutan tersebut justru dengan melakukan hal yang saya takuti tersebut. Atau dengan kata lain, jika saya phobia terhadap air, maka saya harus sering-sering berada dalam air yang sangat saya takuti karena identik dengan dalam, banyak, luas, dan menakutkan. Berhasil? Belumlah, namun setidaknya saya sudah mulai berani naik bebek-bebekan bersama anak saya keliling danau buatan jika kebetulan saya sedang berekreasi, meskipun saya harus tetap di dampingi orang lain yang memiliki pengaruh besar dalam hidup saya sekarang, dalam hal ini suami saya.
Cara ini memang yang paling ringan, karena belum sepenuhnya berhasil membebaskan saya dari rasa takut, jika sedang naik kapal saya tetap merasa takut yang berlebihan jika melihat air laut. Pagar pembatas kapal bagi saya merupakan tempat yang sangat menakutkan, sehingga saya terkadang masih merasa stress jika tangga menuju kabin kapal berada di dekat pagar pembatas kapal, karena dari tangga tersebut saya bisa melihat laut lepas yang membentang. Namun, setidaknya saya telah memulai usaha untuk mengatasi rasa takut ini sedikit demi sedikit, walaupun tidak yakin apakah saya akan terbebas sepenuhnya namun setidaknya saya sudah mulai mencobanya. Dari beberapa referensi yang saya baca, ada beberapa cara untuk mengatasi atau bahkan menyembuhkan phobia dalam diri seseorang, antara lain :
  1. Hypnotheraphy, merupakan cara penyembuhan phobia dengan memberikan sugesti yang dilakukan oleh seseorang yang ahli dalam bidang tersebut yang kerap di sebut terapis. Biasanya terapis memberikan semacam sugesti pada alam bawah sadar seseorang tentang apa yang ditakutinya tersebut.
  2. Flooding, merupakan cara penyembuhan dengan mendekatkan penderita tersebut kepada obyek yang ditakutinya. Biasanya untuk memulai cara ini dibutuhkan rasa percaya diri, kesabaran, dan keinginan untuk sembuh yang besar, namun tentu saja harus di mulai secara perlahan.
  3. Reframing, merupakan cara penyembuhan dengan memutar kembali kenangan awal mula penyebab dari permasalahan ini, biasanya hal ini akan dijadikan dasar oleh para ahli untuk memulai terapi pengobatan atau peyembuhan terhadap penderita phobia. Menggali kenangan masa lalu tersebut juga menjadi salah satu cara bagi penderita untuk mulai memahami dirinya sendiri dan mengapa gangguan tersebut menimbulkan efek trauma yang mendalam.
  4. Obat-obatan, biasanya penyembuhan dengan memberikan semacam obat-obatan tertentu hanya untuk mengobati akibat sampingan dari gangguan tersebut yang terkadang menimbulkan atau mempengaruhi kesehatan seseorang, seperti rasa cemas yang berlebihan, rasa histeris, pusing, mual, dan sebagainya.
Cara mengatasi Phobia Air

Sesungguhnya, masih banyak cara lain untuk membantu penderita phobia seperti saya mengatasi bahkan membebaskan diri dari gangguan tersebut. Untuk tahap awal atau ringan, mungkin kita bisa meminta bantuan orang terdekat dan memiliki pengaruh besar dalam hidup kita, namun untuk tahap selanjutnya tetap dibutuhkan bantuan dari para ahli dalam bidang tersebut, seperti psikolog, terapis, konseling, dan sebagainya. Namun yang terpenting penderita harus menyadari dahulu bahwa dirinya memang mengalami masalah atau gangguan, karena kesadaran yang datang dari dalam diri akan menumbuhkan semangat dan tekad kuat untuk sembuh. Selain itu, masih adakah cara lain untuk mengatasinya? Semoga semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi akan membuat penderita phobia mendapatkan cara paling mudah untuk membebaskan diri dari gangguan tersebut.


Referensi tulisan :
http://www.infosehatkeluarga.com/7-cara-menghilangkan-phobia-rasa-takut-berlebihan/

Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog bundadigital.my.id | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

6 komentar untuk "Phobia Air, Adakah Cara Mengatasinya?"

Comment Author Avatar
Ohh ada ya Mba phobia takut air? Untungnya aku gak phobia air.. kan berabe kalo phobia aku gak bisa main2 di pantai.. Padahal aku suka banget suasana pantai..
Comment Author Avatar
Iya mbak, saya salah satunya. Jadi jarang atau bahkan bisa dihitung dengan jari jalan-jalan ke pantai, kalaupun terpaksa ke pantai yah ngak terlalu deket...hihihi, serem. Makasih mbak udah dikunjungi.
Comment Author Avatar
Saya jg mengalam phobia air..bahkan sangat parah, sampai kalau keramas nggak bs lama2 karna suka tiba2 ada serangan panik. Dan kalau minum air putih harus sedikit demi sedikit, kalo banyak dada rasanya sesak seperti tenggelam. Pengen coba terapi tapi masih blm tau yg cocok apa.
Comment Author Avatar
Wah parah juga ya mbak, mudah-mudahan ada solusinya.
Comment Author Avatar
Saya jg mengalami ketakutan berlebihan dgn kedalaman yg ada airnya banyak, spt kolam renang, sungai, laut, waduk, dll. Tp kalo sebatas memandang, dipinggirnya saja masih bisa. Tp kalo smp masuk/ nyemplung, parah! Panik, Sesak, pernapasan jd tersengal2, kepala bagian belakang sakit luar biasa.
Hal ini sy dapatkan dr trauma masa lalu, ketika sy mau belajar berenang tp diajari dgn cara yg salah. Sy disuruh berenang di pemandian umum, pakai ban, smp tengah ban nya diambil. Sungguh sangat membekas dlm ingatan sensasi nya.
Jadi kalo disuruh masuk ke kedalaman air yg melewati perut, dada, leher, sensasi itu terasa kembali.
Bagi yg melihat, terkesan lebay katanya, tp psikis kami yg merasakan itu sebagai ancaman bagi jiwa.
Comment Author Avatar
saya juga phobia air. saya menyadari ini sudah sejak dari kecil. gara-gara waktu itu ketika usia saya masih 5tahun, saya sempat hampir tenggelam terseret oleh ombak. untung om saya gerak cepat, menyusul saya yg sudah terombang-ambing oleh ombak dan langsung menarik lengan saya. sampai sekarang, melihat air yg bervolume banyak (bisa lautan, sungai, danau) itu selalu bikin nafas saya sesak. seolah-olah perasaan ketika tenggelam kembali terasa. maka dari itu ketika saya nyemplung ke kolam yang ga dalam sekalipun, istilahnya untuk kedalamannya sendiri masih bisa di jangkau oleh kaki, tetap saja tenggelam. jangankan nyemplung, melihatnya saja bikin badan bergetar dan nafas sesak.