Hidup Baru Setelah Pensiun: Apa yang Kota Tak Bisa Berikan, Kampung Halaman Beri

Setelah puluhan tahun merantau, akhirnya saya dan suami mulai fokus pada satu keinginan, yaitu menghabiskan masa pensiun di kampung halaman, tepatnya kampung halaman saya. Meskipun tidak dilahirkan di kota yang sama, namun saya dan suami sama-sama menghabiskan masa sekolah di kota ini. Dalam satu tahun, kami selalu menyempatkan diri untuk pulang kampung dan mengenang masa-masa sekolah bersama teman masing-masing, karena saya dan suami berbeda sekolah. Sampai akhirnya tiba di tahun-tahun terakhir memasuki usia pensiun, suami mulai serius membicarakan keinginan yang awalnya hanyalah obrolan belaka.

hidup tenang setelah pensiun di kampung halaman

Setelah mulai serius dengan keinginan pulang ke kampung halaman setelah pensiun, saya dan suami mulai mempersiapkan serta mencari tahu apa saja sih yang dibutuhkan agar kami bisa pindah dengan nyaman. Ternyata...tidak semudah itu! Selain harus mempersiapkan materi yang cukup untuk membeli rumah yang nyaman dan biaya hidup, kami juga harus meminta persetujuan anak-anak karena rencananya rumah di kota akan kami jual. Seperti halnya kami yang rindu ingin pulang dan mengenang masa kecil di kampung halaman, rumah di kota juga adalah tempat yang penuh kenangan untuk anak-anak. Rumah tempat mereka lahir dan dibesarkan.

Akhirnya, sambil menunggu bersepakat dengan anak-anak, saya dan suami perlahan mulai mencari rumah atau tanah yang cocok untuk dijadikan tempat tinggal masa pensiun nanti. Tidak perlu terburu-buru, dan mudah-mudahan tabungan kami cukup untuk membeli rumah pensiun impian tanpa harus menjual rumah di kota yang sekarang masih menjadi tempat kami mencari nafkah. Terbersit dalam hari, mengapa ya banyak orang yang setelah memasuki usia pensiun memiliki keinginan pulang ke kampung halaman atau mencari tempat baru yang cocok untuk memulai masa pensiun?

Mengapa Banyak Orang Ingin Pulang Setelah Pensiun

Setelah puluhan tahun hidup di kota dengan segala kesibukan dan tuntutan pekerjaan yang nyaris tidak pernah ada habisnya, banyak orang mulai menyadari bahwa yang mereka kejar selama ini, karir, penghasilan, dan kenyamanan hidup modern, ternyata tidak selalu sebanding dengan ketenangan batin. Begitu masa pensiun tiba, ritme hidup berubah sangat drastis. 

Tidak ada lagi jadwal yang super padat, tidak ada lagi target kantor yang selalu mengejar bahkan menghantui setiap helaan napas. Di fase ini, hidup menjadi tiba-tiba kosong. Di tambah lagi rumah yang terasa sepi, karena anak-anak satu-persatu keluar rumah, entah itu kuliah di luar kota atau bekerja. Saat itulah banyak orang mulai bertanya pada diri sendiri, "apa yang sebenarnya saya cari sekarang?" Jawabannya sangat sederhana, apalagi kalau bukan ketenangan, kedekatan, dan rasa rindu pada masa lalu. Keinginan pulang setelah pensiun bukan hanya soal tempat tinggal, tapi tentang mencari ketenangan, makna hidup, dan keseimbangan yang mungkin tidak pernah benar-benar ditemukan di kota.

Kota Memberi Kemudahan, Tapi Juga Tekanan

Tidak bisa disangkal, kota memang penuh kemudahan. Semua serba cepat, fasilitas lengkap, dan hiburan ada di mana-mana. Tapi setelah pensiun, semua itu sering kali terasa berlebihan. Jalanan macet, polusi, biaya hidup tinggi, hingga lingkungan yang individualistis membuat banyak orang merasa terasing di tengah keramaian.

Bahkan di usia senja, banyak pensiunan yang tetap hidup dalam tekanan, bukan karena pekerjaan, melainkan karena lingkungan kota yang tak memberi ruang untuk benar-benar tenang. Hidup di apartemen kecil di tengah lalu lintas padat terasa menyesakkan. Tetangga jarang bertegur sapa, suasana sepi meski suara kendaraan tak pernah berhenti. Tetangga di perumahan pun yang dahulu ramai kini mulai sepi, ada yang memutuskan pulang kampung, tinggal bersama anaknya, atau justru telah tiada.

Kota memang memberi kenyamanan praktis, tapi sering kali menguras batin secara perlahan.

Kampung Halaman dan Kehangatan yang Tak Tergantikan

Bagi pensiunan yang memutuskan untuk pulang, kampung halaman bukan sekadar tempat lahir dan dibesarkan, tapi tempat di mana hati merasa "pulang." Ada nostalgia, ada kenangan masa kecil, dan ada rasa aman yang sulit dijelaskan. 

Di kampung halaman, meskipun waktu terkadang berjalan lambat, tapi tidak ada lagi stres akibat pekerjaan, ada banyak aktivitas masa lalu yang bisa dilakukan kembali bersama pasangan atau sahabat masa kecil. Meskipun di beberapa sudut kampung halaman sudah berubah, namun kenangan masa lalu masih tetap tercetak kuat. Banyak orang yang merantau ke kota besar justru berasal dari kota kecil, tidak hanya berasal dari desa. Bagaimana pun, di kampung halaman meskipun perlahan wajahnya sudah mulai berubah namun ada kehangatan yang tak pernah tergantikan.

tips hidup baru setelah pensiun
Foto: Freepik.com

Ada beberapa orang yang ingin pulang setelah pensiun karena merasa rindu dengan kampung halaman dan orang-orangnya. Namun, ada sebagian lain yang memutuskan untuk pulang kampung setelah memasuki usia pensiun karena alasan berikut ini.

Ingin Merasakan Hidup Lebih Sehat dan Dekat dengan Alam

Kota memang penuh fasilitas, tapi juga penuh kebisingan, polusi, dan ritme hidup yang cepat. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang sibuk, tubuh dan pikiran butuh istirahat.

Kampung menawarkan hal yang berlawanan: udara segar, suara alam, dan suasana yang damai. Di sana, waktu seolah berjalan lebih lambat, memberi ruang untuk bernapas dan menikmati hidup apa adanya.

Ingin Hidup Sederhana Tanpa Tekanan

Di kota, semuanya serba mahal, mulai dari biaya sewa rumah, transportasi, hingga kebutuhan harian. Banyak pensiunan yang akhirnya merasa lebih tenang saat pindah ke kampung karena biaya hidup jauh lebih rendah.

Dengan uang pensiun yang tetap, hidup di desa terasa lebih “cukup.” Tidak perlu bersaing, tidak perlu gaya hidup mewah. Yang penting bisa makan enak, tidur nyenyak, dan hati tenang.

Nostalgia dan Rasa Pulang

Kampung halaman menyimpan banyak kenangan, masa kecil, keluarga, dan tempat-tempat yang punya nilai emosional. Pulang ke sana sering terasa seperti kembali ke diri sendiri.

Ada rasa “pulang” yang tidak bisa digantikan oleh apartemen modern atau gedung tinggi. Suara jangkrik di malam hari, aroma tanah basah setelah hujan, hal-hal kecil ini sering menimbulkan rasa hangat yang menenangkan hati.

Kesempatan untuk Hidup Lebih Bermakna

Pensiun bukan berarti berhenti berkarya. Banyak orang menemukan makna baru saat kembali ke kampung. Ada yang mulai berkebun, membuka usaha kecil, atau membantu masyarakat sekitar.

Kegiatan seperti itu bukan hanya mengisi waktu, tapi juga membuat seseorang merasa berguna. Di kampung, semua dilakukan dengan ritme yang lebih manusiawi — tidak terburu-buru, tapi tetap bermakna.

Menjaga Kesehatan Fisik dan Mental

Tinggal di kota besar seringkali melelahkan, baik fisik maupun mental. Polusi udara, stres, dan kurangnya interaksi sosial bisa berdampak pada kesehatan.

Di kampung, suasana lebih alami. Aktivitas harian seperti berjalan ke pasar, berkebun, atau memelihara hewan bisa membuat tubuh tetap aktif. Selain itu, lingkungan yang tenang membantu menjaga kesehatan mental agar tetap stabil dan bahagia.

Slow Living, Filsafat Hidup yang Kini Jadi Tren

Dilansir dari situs alodokter.com, dijelaskan secara singkat bahwa Slow living adalah gaya hidup yang menekankan pada kesadaran penuh (mindfulness) dalam menjalani keseharian. Gaya hidup ini mengajak kita untuk melambat sejenak di tengah rutinitas yang serba cepat, agar bisa lebih menikmati momen dan menemukan keseimbangan hidup.

Menariknya, slow living yang dahulu dianggap " gaya hidup orang kampung" kini justru menjadi tren di berbagai negara, termasuk Indonesia. Ramai-ramai orang berburu gaya hidup slow living dengan berbagai cara, entah itu pulang ke kampung halaman atau membeli hunian baru lalu pindah ke daerah atau kota yang lebih sepi. Prinsip gaya hidup ini sederhana, yaitu hidup dengan sadar, menikmati setiap momen, dan tidak terburu-buru. Di kota, banyak orang berusaha menerapkannya lewat meditasi atau liburan singkat. Tapi di kampung, gaya hidup ini hadir secara alami.

Pensiunan yang kembali ke desa sering kali menjalani slow living tanpa sadar. Mereka bangun pagi tanpa alarm, menyiapkan sarapan pelan-pelan, dan menikmati setiap detik hari tanpa tekanan. Tidak ada deadline, tidak ada “to-do list” panjang. Hanya hidup yang berjalan dengan ritme alam.

Tips Pindah ke Kampung Halaman untuk Pensiun Bahagia

Meskipun keinginan sudah kuat ingin pulang ke kampung halaman setelah pensiun, tapi ingatlah keinginan tersebut bukan tanpa tantangan. Hal-hal penting yang selama ini tanpa disadari memudahkan kehidupan, seperti kelengkapan fasilitas, kecepatan internet, akses kesehatan yang terbatas, dan belum tersedianya pilihan transportasi, bisa jadi hambatan yang perlahan tapi pasti mulai mengikis mimpi hidup nyaman di kampung halaman. 

aktivitas setelah usia pensiun
Foto: Freepik.com

Untuk itu, rencanakan kepindahan dengan matang agar hambatan ini tak jadi masalah besar di kemudian hari. Berikut ini beberapa tips untuk pindah ke kampung halaman dan menjalani masa pensiun dengan lebih bahagia.

Persiapkan Finansial dengan Baik

Saat telah menjalani masa pensiun, tentu penghasilan akan berkurang atau justru kehilangan sumber mata pencaharian. Nah, bagi yang ingin pulang ke kampung halaman, persiapkan keuangan sebaik mungkin. Selain kebutuhan hidup sehari-hari, pastikan sudah mempersiapkan dana darurat untuk kebutuhan kesehatan atau lainnya. Usia pensiun seringkali identik dengan kondisi tubuh yang sudah kurang sehat, karena itu memiliki dana darurat untuk mengatasi masalah kesehatan harus dipikirkan dengan matang. Tidak heran jika banyak ahli keuangan menyarankan agar pensiuan yang ingin pulang ke kampung halaman harus mempersiapkan finansial dengan baik.

Jelajahi Tiap Sudut Kampung Halaman (Jangan Buru-buru)

Terkadang, harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Jika sudah berencana ingin menghabiskan masa pensiun di kampung halaman, sebaiknya jangan buru-buru pindah. Cobalah dulu tinggal selama beberapa bulan untuk merasakan atmosfer yang diinginkan, karena sudah pasti ada hal-hal yang berubah. Setelah benar-benar yakin bisa menyesuaikan hidup di kota yang mungkin sudah puluhan tahun ditinggalkan, barulah rencana pindah dimatangkan.

Cari Peluang untuk Aktivitas Baru

Pensiun bukan berarti tidak perlu lagi mencari penghasilan, apalagi belum tentu uang pensiun bisa menutupi biaya hidup. Nah, sambil menjajagi keputusan untuk pulang ke kampung halaman dan memulai hidup baru setelah pensiun, cari peluang untuk memulai usaha baru. Rutin beraktivitas, tentu akan membuat pensiunan terhindar dari rasa bosan sekaligus mendapat tambahan penghasilan. Ada banyak kegiatan yang menghasilkan uang dan bisa dilakukan pensiunan, seperti membuka toko, berkebun, memeliharan ikan, membuka peternakan, dan lainnya. Intinya, tetap aktif beraktivitas namun sesuaikan dengan kondisi kesehatan tubuh.

Saatnya Memulai Hidup Baru yang Sebenarnya

Pensiun bukan akhir, melainkan awal babak baru. Babak di mana seseorang akhirnya punya waktu untuk diri sendiri, tanpa tekanan, tanpa ambisi, tanpa kejaran waktu.

Kota bisa memberi kemudahan, tapi kampung memberi kehidupan. Di sanalah seseorang belajar menikmati hal-hal kecil: aroma tanah setelah hujan, tawa anak-anak bermain di halaman, atau sekadar senja yang perlahan menutup hari.

Kadang, untuk menemukan diri sendiri, kita hanya perlu kembali ke tempat di mana semuanya dimulai, kampung halaman.

Jadi, jika suatu hari merasa lelah dengan riuhnya kota, mungkin itu tanda bahwa sudah waktunya pulang. Karena di balik sawah dan pepohonan, ada kehidupan yang menunggu: tenang, hangat, dan penuh makna.
Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog www.duniabunda.web.id | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "Hidup Baru Setelah Pensiun: Apa yang Kota Tak Bisa Berikan, Kampung Halaman Beri"