Pengalaman Berwisata Ke Hutan De Djawatan Banyuwangi

Hutan De Djawatan Banyuwangi

Akhirnya setelah dua tahun merayakan Hari Raya Idul Fitri tanpa rutinitas mudik atau pulang kampung karena kondisi pandemi Virus Covid-19, di tahun 2022 lalu kami sekeluarga kembali menjalani tradisi pulang kampung jelang hari raya dan untuk kali ini pulang kampung ke Jember, Jawa Timur. Kondisi ayah mertua yang sudah semakin sepuh (usianya sekitar 87 tahun), membuat suami memutuskan mudik ke Jember, Jawa Timur setelah pemerintah kembali memperbolehkan aktivitas mudik atau pulang kampung dilakukan. Nah, spesial untuk mudik kali ini ada banyak persiapan yang harus kami lakukan mengingat jumlah pemudik pastinya meningkat dan perjalanan yang kami tempuh cukup jauh, dari Tangerang ke Jember, Jawa Timur.

Meskipun bukan untuk pertama kalinya perjalanan mudik kami lakukan, tapi anak-anak sangat antusias sepanjang perjalanan sehingga suami memutuskan berangkat siang dan tentunya berangkat lebih cepat untuk menghindari kepadatan selama perjalanan. Setelah hampir 21 jam menempuh perjalanan menuju Kota Jember, Jawa Timur melalui Tol Trans Jawa, seharusnya bisa lebih cepat karena traffic belum terlalu padat tapi terakhir di Rest Area Mojokerto kami berhenti cukup lama untuk istirahat, menunggu sahur, dan sholat subuh, akhirnya sampai juga di Jember setelah keluar di gerbang tol Probolinggo Timur...cuss melewati Kota Lumajang menuju kampung halaman suami di Desa Sukoreno, Kecamatan Umbulsari, Jember, Jawa Timur.

Setelah melepas penat dan mengunjungi beberapa keluarga di sekitar rumah ayah mertua, esok harinya suami memutuskan mengunjungi salah satu sepupunya yang sudah hampir dua puluh tahun tidak pernah bertemu dan kebetulan bekerja serta berdomisili di Kota Banyuwangi. Perjalanan melepas rindu sekaligus ingin melihat-lihat Kota Banyuwangi ini sekitar 3 jam dan akhirnya kami bisa merasakan sensasi menuju Kota Banyuwangi melalui jalan lintas Gunung Gumitir yang memang jauh lebih pendek dan menghemat waktu tentunya untuk ke Kota Banyuwangi dari Kota Jember.

Pengalaman Berwisata Ke Hutan De Djawatan Banyuwangi

Ternyata sudah sejak lama suami ingin menyusuri jalan menuju Kota Banyuwangi melalui lintas Gunung Gumitir ini, selain memang pemandangan sepanjang jalan yang indah dan hijau juga jalurnya yang lumayan ekstrim karena banyaknya tikungan jam dan lereng yang curam serta berkelok-kelok. Selain ada beberapa titik yang rawan longsor juga badan jalan yang tidak begitu lebar membuat para pengendara berhati-hati. Sebenarnya sih jalan lintas seperti ini bukanlah hal baru buat kami, karena di Lampung pun beberapa kali kami harus melalui jalan lintas ini seperti ini untuk menuju Lampung Barat.

Ada beberapa tips yang diberikan saudara suami di Jember agar nyaman melintasi jalur lintas Gunung Gumitir ini, diantaranya:
  1. Pastikan Kendaraan yang Akan Digunakan Dalam Kondisi Prima dan Isilah dengan Full Bahan Bakar. Mengapa? Karena sepanjang jalan lintas ini akan melalui banyak jalur menanjak sehingga kendaraan harus bekerja ekstra keras agar bisa melaluinya. Jangan lupa juga isi bahan bakar secukupnya karena selama perjalanan tidak akan dijumpai stasiun pengisian bahan bakar.
  2. Kondisi Fisik Sehat. Tidak hanya kendaraan yang digunakan harus dalam kondisi fit, tubuh juga harus sehat karena jalur yang berkelok-kelok tidak jarang membuat seseorang yang tidak terbiasa akan mabuk atau pusing. Untunglah selama perjalanan melalui jalur Gunung Gumitir, anak-anak dalam kondisi fit sehingga tidak terganggu dengan jalan yang berkelok-kelok.
  3. Siapkan Uang Receh. Nah, salah satu yang menarik perhatian kami sepanjang perjalanan adalah banyaknya warga sekitar bahkan orang tua yang melambaikan jalan di setiap tikungan tajam. Jangan khawatir, karena keberadaan mereka cukup membantu untuk memberi tahu jika ada kendaraan yang berlawanan, bagi kami keberadaan mereka cukup membantu sehingga suasana ngeri disepanjang jalan bisa teralihkan.
Terus terang sih memang ada cerita-cerita seram yang berkaitan dengan keberadaan jalur lintas Gunung Gumitir ini, karenanya sepanjang perjalanan saya banyak berdoa agar perjalanan pulang pergi kami lancar tanpa hambatan. Meskipun sepanjang perjalanan ada beberapa rest area dengan pemandangan yang indah, terutama ada lokasi rest area yang banyak disukai orang untuk berfoto, yaitu di Patung Penari Gandrung yang juga merupakan tugu selamat datang sebagai penanda jika sudah memasuki wilayah Banyuwangi. Tapi mengingat waktu, kami memutuskan melanjutkan perjalanan agar pulangnya tidak terlalu malam karena akan melintasi jalur yang sama.

Setelah melewati beberapa daerah atau desa, akhirnya kami tiba di rumah sepupu suami yang berada di Desa Jajag, Gambiran, Banyuwangi. Kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dari terminal Jajag sehingga kami dengan mudah bisa menemukan alamatnya. Setelah bernostalgia dan ngobrol cukup lama, akhirnya kami diajak untuk melihat-lihat pusat kota Banyuwangi. Tidak hanya itu, kami disarankan untuk langsung menyeberang ke Pulau Bali karena jaraknya sudah dekat. Sayangnya kami tidak memiliki waktu banyak karena harus kembali ke rumah orangtua suami di Jember, soalnya banyak saudara yang berkunjung dan ingin bersilahturahmi. 

Meskipun tidak sempat mengunjungi pusat kota Banyuwangi, tapi aku masih sempat berkunjung ke salah satu destinasi wisata keluarga yang kebetulan dekat dengan Desa Jajag, yaitu Hutan De Djawatan, yang berlokasi di Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi. Benar juga, setelah menempuh perjalanan yang hanya beberapa menit, akhirnya kami sampai di salah satu destinasi wisata keluarga yang namanya cukup dikenal dikalangan wisatawan, yaitu Hutan De Djawatan. Saat tiba dilokasi, hijaunya pepohonan dan udaranya yang terasa sejuk serta segar menyambut kami.

wisata keluarga Hutan De Djawatan

Memasuki kawasan wisata Hutan De Djawatan mengingatkan saya pada suasana setting film Lord of The Rings, dimana suasana tersebut memiliki kesan magis tersendiri buat saya. Nama Hutan De Djawatan Benculuk di kalangan wisatawan bukanlah nama yang asing, bahkan menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi jika singgah di Kota Banyuwangi. Wisata Hutan De Djawatan terkenal karena hampir seluruh wilayahnya terdapat banyak Pohon Trembesi raksasa yang membuat kawasan ini memiliki sentuhan magis dan kuno.

Semakin jauh memasuki kawasan destinasi wisata Hutan De Djawatan Benculuk ini, serasa ada di masa lampau di mana setiap jengkal permukaan bumi hanya ditumbuhi pepohonan dalam hutan yang sangat lebat dan tak bertepi. Pepohonan yang menjulang tinggi dengan ukuran yang super besar mengingatkan saya pada setting film Lord of The Rings di Hutan Fangorn. Setelah saya menelusuri informasinya, ternyata sebelum dikenal dengan nama Hutan De Djawatan, masyarakat sekitar mengenal tempat ini sebagai Jawatan Benculuk.

Oh ya, saat ini Hutan De Djawatan merupakan hutan lindung yang dikelola oleh Perhutani KPH Banyuwangi Selatan, dan nama Benculuk sendiri merupakan nama desa yang berada di Kecamatan Cluring serta masuk dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi. Lantas, bagaimana dengan sejarah Hutan De Djawatan? Dari beberapa sumber informasi dan artikel yang saya baca, Hutan De Djawatan sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda, dan dipergunakan sebagai Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dari hasil pengelolaan hutan milik Perhutani di daerah Banyuwangi bagian Selatan.

wisata keluarga Banyuwangi

Nama lokasi wisata De Djawatan itu sendiri di buat dengan ejaan lama dengan maksud agar pengunjung bisa merasakan bagaimana suasana masa lalu sekaligus bernostalgia di masa dimana Indonesia masih dalam masa penjajahan Belanda. Penamaan lokasi wisata ini sesungguhnya sesuai dengan kondisi lokasi wisata yang bisa dibilang berusia sangat tua, dan didukung keberadaan pohon Trembesi raksasa yang menurut perkiraan saya sudah berusia ratusan tahun. Ternyata benar, dari informasi yang saya baca pohon-pohon yang berada di lokasi wisata ini rata-rata usianya 100 sampai 150 tahun.

Sebagai salah satu destinasi wisata keluarga, lokasi Hutan De Djawatan terbilang sangat mudah dijangkau, bahkan pengunjung yang baru pertama kali mampir di Kota Banyuwangi pun dengan mudah bisa menemukan lokasi ini. Letaknya berada di jalan raya Benculuk, bagi pengendara yang menuju Kota Banyuwangi atau sebaliknya, yang melewati Banyuwangi Selatan pastinya akan melintas di lokasi wisata Hutan De Djawatan. Jadi, jangan lupa sempatkan mampir ya jika berwisata ke Kota Banyuwangi.

Bagaimana dengan harga tiket masuk lokasi wisata Hutan De Djawatan? Tiket masuk bisa dibilang sangat terjangkau dan murah meriah, hanya sekitar Rp. 7.500,- per orang. Sedangkan untuk jam buka lokasi wisata ini dari pagi hingga sore hari. Sayangnya ketika mengunjungi lokasi wisata ini suasana masih bulan Ramadhan sehingga sepi dan hanya ada beberapa orang keluarga yang mampir dalam perjalanan mudik jelang hari raya. Jika hari raya atau libur biasa, mungkin suasananya berbeda.

Nah, selain menikmati hijaunya pepohonan yang ukuran bisa terbilang sangat tinggi dan besar, aktivitas apalagi yang bisa dilakukan anak-anak jika berwisata ke Hutan De Djawatan Benculuk, Banyuwangi? Sebenarnya, ada banyak aktivitas yang bisa dilakukan jika berwisata bersama keluarga, karena ada beberapa permainan yang memang disiapkan untuk pengunjung usia anak-anak. Selain itu, sambil menikmati hijaunya pepohonan, orangtua bisa memberikan edukasi pada anak-anak pentingnya menjaga kelestarian hutan dan menyebutkan pohon apa saja yang ada di lokasi wisata ini.

Kalau untuk urusan foto-foto atau membuat konten video, Hutan De Djawatan adalah tempatnya, karena setiap sudut terlihat sangat estetik dan instagramable. Pengunjung bisa berfoto dengan latar pepohonan yang rimbun dan tinggi sehingga nampak bagaikan di negeri dongeng. Selain itu, ada banyak spot foto yang keren dan unik di lokasi wisata Hutan De Djawatan, pengunjung tinggal memilih lokasi yang disukai dan pastinya terlihat estetik karena berlatar pepohonan yang sudah berusia ratusan tahun, sehingga sangat bagus jika di upload ke media sosial.

bermain ATV di Hutan De Djawatan

Pengunjung bisa pilih naik delman atau bermain ATV, karena di lokasi wisata ini tersedia berbagai jenis permainan yang cocok untuk wisata keluarga, dan kebetulan ketika mengunjungi lokasi wisata ini anak-anak memilih bermain ATV. Dengan biaya sewa yang cukup terjangkau, anak-anak bisa bermain ATV dengan gembira mengelilingi lokasi wisata Hutan De Djawatan. Sayangnya saya berkunjung saat suasana masih puasa menjelang hari raya sehingga lapak kuliner yang ada di lokasi wisata tutup. Oh iya, jika hari biasa, di sini banyak orang berjualan makanan lho, jadi tidak perlu kesulitan mencari makan saat mengunjungi lokasi wisata ini.

Bagaimana? Tertarik berwisata ke Hutan De Djawatan Benculuk bersama keluarga, selain bisa merasakan suasana masa lalu, lokasinya juga mudah dijangkau. Jika mengalami kesulitan menemukan lokasi wisata ini, pastikan untuk menemukan masjid besar, yaitu Masjid Jami' Al Falah Benculuk atau Masjid Benculuk sebagai patokan. Masjid yang cukup besar ini berada di sisi kanan jalan jika melaju dari arah Kota Banyuwangi. Pintu masuk ke lokasi wisata Hutan De Djawatan berada di jalan setapak sebelah masjid tersebut. Atau jika masih membingungkan bisa menggunakan bantuan navigasi peta online.

wisata edukasi Banyuwangi

Nah, selain Hutan De Djawatan Benculuk, Banyuwangi terkenal memiliki banyak destinasi wisata yang sayang jika tidak dikunjungi, kalau kebetulan mampir di kota ini. Apalagi sejak dahulu, Banyuwangi terkenal memiliki banyak destinasi wisata pantai yang indah, salah satunya adalah Pantai Plenkung yang berada dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo. Pantai ini sangat terkenal dikalangan penggemar olahraga surfing karena memiliki ketinggian ombak yang sangat cocok dengan jenis olahraga ini. Sayang, kami tidak sempat mampir karena harus segera kembali ke Kota Jember untuk kemudian melanjutkan acara silahturahmi ke Kota Malang. Yuk berwisata ke Hutan De Djawatan Benculuk juga!

Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog seputarbunda.com | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "Pengalaman Berwisata Ke Hutan De Djawatan Banyuwangi"