Saatnya Menjadi Ibu Bijak, Peduli Lindungi Data Pribadi
Siapa nih ibu rumah tangga yang suka belanja online? Sama dong dengan saya yang sejak dua atau tiga tahun terakhir ini lebih nyaman belanja secara online. Bahkan tidak hanya belanja berbagai kebutuhan fashion, saya juga kerap belanja online untuk kebutuhan dapur dan bahan-bahan memasak, seperti sayuran, daging sapi, ayam, hingga bumbu untuk berbagai macam menu masakan. Sebenarnya sih ada banyak alasan mengapa ibu rumah tangga seperti saya suka sekali belanja online untuk berbagai kebutuhan rumah tangga, namun yang pasti tidak perlu repot ke luar rumah, semua barang yang dibeli akan langsung di antar ke depan pintu rumah.
Yap...jangan pernah meremehkan potensi ibu rumah tangga dalam bisnis online, karena menurut data yang dirilis SCG Advertising and Public Relation, para ibu rumah tangga merupakan konsumen yang mempunyai kekuatan besar dalam industri e-commerce dan merupakan konsumen yang memiliki peran signifikan dalam keputusan membeli barang secara online. Tidak heran jika banyak toko online berlomba-lomba memberikan penawaran harga terbaik bahkan diskon yang cukup mengiurkan agar semakin banyak ibu rumah tangga yang berbelanja di toko online miliknya. Peluang mendapatkan harga yang jauh lebih murah dengan kualitas barang yang sama baiknya dengan belanja secara langsung menjadi salah satu alasan banyak ibu rumah tangga memilih belanja online.
Tapi apakah tren meningkatknya kesadaran untuk belanja online di kalangan ibu rumah tangga sebanding dengan kemampuannya untuk menjaga keamanan data pribadi saat bertransaksi secara digital?
Inilah poin penting yang harus dibahas karena masih banyak ibu rumah tangga yang belum memiliki literasi digital yang baik untuk urusan keuangan dan keamanan data pribadi. Bahkan saya saja yang memiliki pekerjaan sampingan sebagai blogger dan web content writer pernah mengalami kejadian yang membuat tidak nyaman berkaitan dengan kejahatan siber lho! Padahal setiap hari saya selalu membaca banyak artikel dan berbagai postingan inspiratif di media sosial sebagai bahan tulisan.
Ada masa-masa dimana seseorang dalam kondisi kurang waspada, entah berada di tempat yang terlalu ramai atau sedang melakukan aktivitas tertentu yang membuat kurang fokus, inilah kondisi yang saya alami saat hampir saja kehilangan uang di rekening saya yang ditempatkan di salah satu layanan bank digital. Selama menjadi nasabah semua lancar-lancar saja, bahkan berkat layanan bank digital ini saya bisa bebas bertransaksi membeli berbagai barang di toko online luar negeri tanpa harus mengalami kesulitan saat melakukan pembayaran. Nah, karena terlalu sering bertransaksi secara online, saya seringkali lupa kalau bank digital dimana saya menjadi nasabahnya melengkapi layanannya dengan kartu debit yang memiliki fungsi sama dengan kartu ATM bank konvensional.
Suatu hari ketika sedang menjemput anak-anak di sekolah tiba-tiba ponsel saya berbunyi, karena kurang waspada apalagi saya dalam kondisi menunggu telpon dari klien, akhirnya saya angkat telponnya. Ternyata orang yang menelpon memberitahukan jika kartu debit saya akan segera di blokir sehingga saya harus cepat melakukan registrasi kembali dengan menyebutkan data-data yang diinginkannya. Saya akui hampir saja tertipu karena sudah sampai pada tahap menyebutkan nomor kartu debit yang saya miliki. Saya baru sadar ketika penipu tersebut meminta kode CVV atau Code Verification Value, yaitu 3 angka khusus dari bank penerbit untuk melakukan transaksi layaknya kartu kredit.
Sebenarnya apa pentingnya kode CVV ini? Bagi yang sering menggunakan kartu kredit atau kartu debit online yang memiliki kode CVV atau CVC, tiga kode penting ini menjadi benteng perlindungan terakhir saat melakukan transaksi secara online. Untuk itulah kode ini wajib dijaga, jangan sampai diketahui orang lain. Kembali ke kasus saya sebelumnya, saya baru menyadari ada yang tidak beres ketika si penipu yang menelpon saya meminta kode CVV, tentu saja saya tolak hingga akhirnya saya matikan sambungan telponnya.
Tidak lama saya menerima SMS yang memberitahukan kartu debit saya sudah di blokir, meskipun agak panik tapi saya ingat di aplikasi bank digital tersebut ada fitur bantuan yang bisa diakses kapan saja, baik melalui telpon secara langsung, chat, atau email. Segera saya kontak bank digital tersebut untuk menanyakan, dan mendapat jawaban bahwa pihak bank tidak pernah meminta data apapun dari nasabah serta untuk kartu debit saya tidak ada masalah. Setelah ibu, pihak bank menghubungi saya kembali meminta untuk menjaga keamanan data pribadi. Meskipun lega bisa terlepas dari jeratan penipuan, tapi ternyata masih banyak orang terutama ibu rumah tangga yang mengaku mengalami nasib naas tertipu setelah saya sharing di grup whatsapp.
Kejadian yang saya alami ini tergolong kejahatan siber yang harus diwaspadai, terutama ibu rumah tangga yang suka sekali melakukan transaksi secara digital. Tapi nyatanya dari beberapa penelitian menyebutkan tingkat literasi keuangan ibu rumah tangga saat ini masuk kategori cukup atau sedang, namun ada beberapa kasus angka tingkat literasi keuangan ibu rumah tangga tergolong kurang baik atau rendah. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan keuangan sebagai pembentuk literasi keuangan dikalangan ibu rumah tangga masih belum optimal dan harus ditingkatkan kembali mengingat kejahatan siber makin mengintai di sekeliling ibu rumah tangga. Inilah saatnya menjadi ibu bijak yang peduli lindungi keamanan data pribadi.
Saatnya Menjadi Ibu Bijak, Peduli Lindungi Data Pribadi
Siapa sih yang tidak ingin menjadi sosok ibu bijak dalam keluarga, yang selalu menjaga keluarga agar tetap aman dan nyaman saat melakukan aktivitas. Salah satu cara untuk menjadi ibu bijak adalah tidak pernah lelah untuk terus melakukan kebiasaan positif dalam menambah wawasan pengetahuan. Ada banyak cara menambah wawasan pengetahuan, seperti banyak membaca buku dan artikel, mencari informasi melalui internet, hingga membangun kebiasaan berani bertanya saat tidak mengerti atau mengalami kesulitan. Dengan menjadi ibu bijak yang berwawasan luas maka akan memberikan banyak manfaat tidak hanya untuk ibu sendiri tapi juga orang-orang disekelilingnya...wah ibu rumah tangga bisa juga menjadi penyuluh digital dong!
Dunia digital memang bak pisau bermata dua, jika digunakan untuk hal-hal yang positif maka akan memberikan banyak bantuan dan kemudahan dalam kehidupan manusia. Namun, jika digunakan untuk hal-hal yang negatif tentu akan merugikan dan tidak jarang membuat orang lain menjadi menderita atau mengalami kesulitan. Oknum atau orang-orang yang memiliki pemikiran negatif ini kerap mencari celah untuk melakukan tindakan kejahatan siber, seperti mencuri data pribadi perbankan untuk kemudian diperjualbelikan atau melakukan penipuan perbankan persis seperti yang saya alami.
Ada banyak cara dilakukan dalam kasus penipuan perbankan, mulai dari kasus seperti yang saya alami, SMS berisi pemberitahuan sebagai pemenang undian, permintaan OTP, permintaan mengisi link tertentu yang dikirimkan melalui pesan singkat, dan masih banyak lagi kasus-kasus yang sangat merugikan masyarakat. Sampai sekarang saya masih bertanya-tanya dan tidak habis pikir, darimana penipu tersebut mendapatkan kontak pribadi dan tahu saya merupakan nasabah bank digital tersebut. Namun apapun itu, pengalaman membuat saya menyadari satu hal "data pribadi saya dan mungkin banyak orang lainnya dalam kondisi tidak aman."
Apa itu data pribadi? Data pribadi merupakan semua data yang bisa digunakan untuk mengindentifikasi seesorang. Data pribadi biasanya meliputi NIK (Nomor Induk Kependudukan), Nomor Kartu Keluarga, Nomor Telpon, Alamat Email, Tanggal Lahir, Nama Ibu Kandung, Nomor Jaminan Sosial, Data perbankan, dan data lainnya yang seharusnya tidak boleh diketahui atau diakses orang lain. Mengapa? Karena kebocoran data pribadi bisa menjadi pintu masuk kejahatan siber terutama untuk urusan perbankan atau keuangan. Di tengah besarnya peluang kebocoran data pribadi, ternyata tingkat literasi keuangan digital masyarakat terutama ibu rumah tangga belum menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Banyak orang yang belum menyadari pentingnya peduli lindungi data pribadi, padahal kerap kali menerima SMS yang berisi menang undian atau undangan untuk mengisi link tertentu. Padahal penduli lindungi data pribadi akan membantu seseorang terhindar dari berbagai kejahatan siber yang setiap waktu terus berevolusi menemukan celah-celah baru untuk mencuri data dan menggunakan data pribadi tersebut melakukan tindak kejahatan atau penipuan.
Tidak hanya itu, peduli lindungi data pribadi sangat penting untuk menghindarkan seseorang dari potensi intimidasi yang diterima secara online terkait gender, yang terkadang mengarah pada pelecehan seksual atau perundungan (bullying) melalui media daring. Untuk itu, perlindungan data pribadi penting dilakukan agar terhindar dari kejahatan dunia maya termasuk Kekerasan Berbasis Gender Online (KBGO).
Kenali Apa Itu Kejahatan Siber (Cyber Crime)
Dilansir dari situs qwords.com, menurut Organization of European Community Development (OECD) Cyber Crime atau kejahatan siber adalah segala bentuk akses ilegal terhadap suatu transmisi data. Hal ini berarti, segala bentuk kegiatan yang ilegal atau tidak sah dalam suatu sistem komputer termasuk dalam tindak kejahatan. Secara umum, kejahatan siber juga diartikan sebagai tindakan kejahatan dalam ranah dunia maya dengan memanfaatkan akses jaringan internet dan teknologi komputer. Kejahatan siber ini makin marak seiring kian gencarnya perkembangan teknologi digital, serta makin canggihnya teknologi informasi dan komunikasi.
Semakin canggih perkembangan teknologi, maka kejahatan siber pun akan makin berkembang dan inilah yang menjadi alasan mengapa ibu rumah tangga harus memiliki literasi keuangan yang baik dan lebih peduli lindungi data pribadi. Lantas bagaimana cara agar ibu rumah tangga bisa lebih peduli lindungi data pribadi? Setelah memahami apa itu data pribadi dan data pribadi apa saja yang wajib dan harus dijaga, kini saatnya ibu rumah tangga tahu apa saja jenis-jenis kejahatan siber yang kerap mengintai sepanjang waktu. Berikut ini penjelasannya,
👉 PHISHING
Phishing adalah salah satu kejahatan siber yang bertujuan mencuri informasi penting dan data pribadi melalui email, telepon, pesan teks, atau link palsu yang biasanya dikirimkan oknum, biasanya oknum ini menggunakan informasi tertentu yang sekilas tampak resmi padahal palsu. Umumnya pelaku kejahatan Phishing mengincar data pribadi yang sensitif, seperti kata sandi, informasi kartu kredit atau kartu debit online, alamat email, OTP atau On-Time Password, serta data pribadi penting lainnya. Ibu rumah tangga harus tahu nih kalau data pribadi yang dicuri biasanya untuk melakukan tindak kejahatan, seperti pencurian di rekening bank korban, penyalahgunaan identitas pribadi, hingga yang sifatnya pemerasan.
👉 CARDING
Carding merupakan kejahatan siber yang melakukan pencurian data informasi kartu kredit milik orang lain. Data yang dicuri tersebut kemudian digunakan pelaku untuk melakukan transaksi atau mencairkan limit kartu ke rekening pribadi pelaku kejahatan siber tersebut. Penting nih untuk ibu rumah tangga ketahui bahwa ada dua kategori Carding, yaitu:
- Card Present, yaitu proses pencurian data yang dilakukan menggunakan card skimmer mesin EDC yang biasanya terdapat di kasir atau lokasi komersial lainnya.
- Card Not Present, yaitu pencurian data menggunakan akses internet, biasanya pencurian ini dilakukan menggunakan email phishing atau hacking untuk mendapatkan data-data pemilik kartu kredit.
Cara Untuk Peduli Lindungi Data Pribadi Bagi Ibu Rumah Tangga
- User ID dan Password (kata sandi).
- Pin ATM, kode verifikasi, kode respon atau OTP (On Time Password).
- Nomor Kartu Kredit dan 3 digit kode di belakang kartu CVV (Card Verification Value).
- Data identitas pribadi, seperti NIK (e-KTP), SIM, NPWP, Paspor, dan data lainnya yang dianggap pribadi.
- Data informasi penting lainnya, seperti nama ibu kandung, alamat rumah, tanggal lahir, tanggal expired kartu kredit atau debit, dan lainnya.
Penyuluh Digital, Solusi Ibu Bijak Peduli Lindungi Data Pribadi
- Mengajak serta mengajari masyarakat yang sampai saat ini bisa dikatakan belum melek layanan perbankan digital sehingga lebih Digital Savvy, seperti membuka rekening secara digital.
- Mengajari masyarakat terutama ibu rumah tangga untuk melakukan transaksi secara digital dengan aman dan nyaman.
- Mensosialisasikan serta mengajak masyarakat untuk lebih peduli lindungi data pribadi, mengamankan rekening, serta waspada terhadap berbagai jenis kejahatan siber (Cyber Crime).
Dengan hadirnya penyuluh digital ini, diharapkan akan semakin banyak masyarakat, terutama ibu rumah tangga yang tidak hanya melek teknologi digital tapi juga peduli terhadap kejahatan siber yang makin marak terjadi. Ibu bijak yang peduli lindungi data pribadi akan berpeluang besar menjadi Penyuluh Digital untuk keluarga terutama anak-anak, dan tentu saja orang-orang dilingkungannya. Patut dipertimbangkan nih ibu rumah tangga menjadi penyuluh digital.
Hal ini tentu saja akan menjadi pendorong terhadap meningkatnya angka literasi digital di kalangan ibu rumah tangga. Satu hal yang tidak bisa dipungkiri, ibu rumah tangga merupakan konsumen yang memiliki kekuatan besar dalam industri e-commerce di Indonesia. Inilah salah satu alasan mengapa ibu bijak harus menjadi nasabah bijak yang mampu lindungi diri dari kejahatan siber. Saatnya ibu rumah tangga bersatu, lawan kejahatan siber!
19 komentar untuk "Saatnya Menjadi Ibu Bijak, Peduli Lindungi Data Pribadi"
Modusnya kadang ngga ketebak.
Semoga kita bs makin bijak
Sebagai ibu kita harus bijak melindungi data pribadi agar tidak menjadi korban kejahatan cyber
Iya sih cyber crime ini bisa menjangkau semua bidang, gak cuma data diri, tapi juga perbankan dll... Kalau ada permintaan data baiknya nalar langsung jalan aja, ya.
Kok ya pas banget di siang bolong dan ngantuk
Untungnya saya langsung melek lagi karena ditolong suami yang pas nelpon
Kuceritakan dan untung ga ngasih OTP deh