Saatnya Dukung Orang yang Pernah Mengalami Kusta Dapat Kesempatan Kerja
Kusta...mengingatkan saya akan cerita lama ketika masih SD dan kebetulan ayah saya ditugaskan ke kota kecil di Pulau Sumatera. Setiap kali kenaikan kelas, buku rapor diwajibkan diambil orangtua, dan ayah salah satu teman saya adalah Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Meskipun penyakit Kusta yang dialaminya sudah sembuh, namun orang-orang disekitarnya masih enggan untuk menerima. Bahkan, karena kondisi kesehatan ayahnya, teman saya kerap diejek di kelas dan pernah suatu hari teman saya pulang ke rumah saat jam pelajaran masih berlangsung karena tidak tahan dengan ejekan teman lainnya. Sedih bila melihat betapa tertekannya teman saya, tapi saya ingat pesan ibu saya agar tidak dekat-dekat. Yah...masa itu, akses informasi tentang kesehatan terutama penyakit kusta masih sangat minim sehingga orang-orang lebih percaya dengan mitos yang sudah sangat lama beredar di masyarakat.
Kusta bukanlah penyakit baru, namun hingga saat ini berdasarkan data WHO pada tahun 2013, Indonesia termasuk salah satu negara dengan beban penyakit kusta yang tinggi, yaitu menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Padahal berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi termasuk di bidang kesehatan, cukup mengherankan jika penyakit kusta yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu masih memiliki penderita dengan angka yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan penyakit kusta seringkali terabaikan, tidak heran jika sampai saat ini Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) masih terkena stigma.
Memberikan kesempatan Kerja Bagi Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta? Kenapa Tidak!
Memang bukanlah hal mudah untuk merubah mindset masyarakat tentang penyakit kusta, apalagi hal ini sudah dipercaya secara turun-temurun. Padahal semua mitos itu tidaklah benar, karena meskipun penyakit kusta termasuk penyakit sulit menular. Rasa penasaran tentang penyakit kusta ini dan bagaimana Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) bisa mendapatkan kesempatan kerja agar masa depannya lebih baik membuat saya tertarik untuk mengikuti Talkshow Ruang Publik KBR yang mengambil tema "Memberikan Kesempatan Kerja Bagi Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta? Kenapa Tidak!" tanggal 15 Juni 2021 lalu yang diakses melalui live streaming Youtube Berita KBR dan menghadirkan tiga narasumber, yaitu:
- Angga Yanuar, selaku Manager Proyek Inklusi Disabilitas NLR Indonesia.
- Zukirah Ilmiana, selaku Owner PT. Anugrah Frozen Food.
- Muhammad Arfah, sebagai Pemuda OYPMK
Setidaknya ada 3 faktor yang membuat orang yang pernah mengalami kusta mendapat kesulitan untuk menata kembali kehidupannya meskipun dirinya sudah sembuh total dari penyakit kusta, yaitu Stigma, Diskriminasi, dan Tantangan Finansial karena sulit mendapatkan pekerjaan. Stigma terhadap penyakit kusta bukanlah hal yang baru karena sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Jika dahulu stigma terhadap penyakit kusta muncul karena masih terbatasnya akses informasi tentang kusta dan sulitnya penderita kusta mengakses pengobatan, namun kini seharusnya sudah berubah karena masyarakat dengan mudah bisa mengakses beragam informasi kesehatan termasuk tentang kusta. Tentunya harus tahu nih jika penyakit kusta meskipun termasuk penyakit menular namun sangat sulit menular dan bisa diobati dengan tuntas hingga sembuh.
Sekilas Informasi Tentang Penyakit Kusta
Kusta merupakan penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium Leprae, yang menyerang kulit dan jaringan saraf perifer serta mata dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung. Untuk itu, WHO mengklasifikasikan kusta ke dalam 2 kelompok, yaitu:
- Pausibasiler. 1-5 lesi dimana kusta ini menyebaban rasa baal yang jelas dan menyerang salah satu cabang saraf.
- Multibasiler. Lesi > 5 di mana untuk kelompok ini rasa baal tidak jelas dan menyerang banyak cabang saraf.
Adapun bakteri yang menyebabkan penyakit kusta merupakan sejenis bakteri yang tumbuh dengan lambat. Penularan kusta bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan pengidapnya. Selain itu, kusta juga bisa ditularkan lewat inhalasi atau menghirup udara. Meskipun penyakit kusta termasuk kategori penyakit menular, namun bukanlah penyakit yang mudah menular.
Gejala utama kusta, yaitu munculnya bercak perubahan warna menjadi lebih putih dan lesi di kulit yang berbentuk benjolan yang tidak hilang selama beberapa minggu atau lebih, Umumnya lesi di kulit diikuti gejala kebas pada bagian tersebut dan kelemahan otot. Selain gejala tersebut, penyakit kusta juga menyebabkan gejala lain pada kulit, hal ini tergantung pada pertumbuhan bakteri itu sendiri.
Jika penyakit kusta tidak tertangani dengan baik dan cepat serta dengan pengobatan yang tepat bisa menimbulkan beragam komplikasi, seperti kebutaan atau glaukoma, gagal ginjal, kelemahan otot yang mengarah ke tangan, ketidakmampuan melenturkan kaki, kerusakan permanen pada saraf di luar otak serta sumsum tulang belakang, cacat progresif atau kerusakan permanen pada bagian hidung, alis, atau jari kaki, dan lainnya. Semua komplikasi ini bisa dihindari jika deteksi serta pengobatan dilakukan sejak dini, agar semakin banyak Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) bisa sembuh total.
Di Antara Stigma dan Diskriminasi, Mungkinkah Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) Mendapat Kesempatan Kerja?
Bapak Angga Yanuar menjelaskan, bahwa masalah yang dialami penderita kusta bukan hanya masalah kesehatan yang bisa menimbulkan berbagai komplikasi, namun juga masalah stigma yang bahkan masih dialami Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) meskipun setiap tahun tren menunjukkan penyakit kusta makin menurun. Ada beberapa daerah yang masih cukup tinggi kasus kustanya, seperti di Papua, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, NTT, dan Jawa Timur.
Masalah stigma yang mengiringi penyakit kusta sesungguhnya adalah hal yang paling berat karena hingga saat ini Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) pun masih terkena stigma, misalnya dalam bentuk Stigma Diri atau Internalisasi yang menyangkut masalah dalam diri OYPMK sendiri karena masih menganggap masyarakat sulit untuk menerima dirinya meskipun sudah terbebas dari penyakit kusta hingga akhirnya memunculkan masalah psikologis seperti rasa tidak percaya diri, takut, kecewa, merasa diri tidak berharga, dan lainnya.
Mendapat perlakukan diskriminasi? Ya...sampai saat ini masih ada Orang yang Pernah Mengalami Kusta mendapat perlakuan diskriminasi baik karena stigma yang masih melekat di masyarakat maupun karena kondisi fisik OYPMK, hingga berujung pada sulitnya OYPMK mendapatkan kesempatan kerja.
Lantas...bagaimana cara atau upaya untuk menghilangkan stigma dan diskriminasi terutama pada OYPMK? Tentu tidak mudah karena dibutuhkan motivasi serta komitmen kuat baik dari OYPMK sendiri maupun seluruh lapisan masyarakat. Dari sisi OYPMK sendiri diharapkan dapat merubah pola pikirnya agar dapat berdaya dan tidak patah semangat untuk mendapatkan kesempatan kerja. Sedangkan dari sisi masyarakat, diharapkan dapat merubah mindset dan pandangannya untuk mau menerima dan membantu penderita serta OYPMK agar bisa mengakses pengobatan sedini mungkin agar penyakit kusta yang dialaminya tidak menimbulkan komplikasi yang berujung disabilitas. Langkah ini yang sampai saat ini terus diupayakan NLR Indonesia, demikian penuturan Bapak Angga Yanuar.
Tentu tidak mudah bagi OYPMK mendapat kesempatan kerja, untuk itulah NLR Indonesia terus mengupayakan agar OYPMK mendapat kesempatan kerja agar bisa terbebas dari hambatan finansial dan mendapat kehidupan lebih baik, salah satunya dengan Program Inklusi terhadap Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK).
Melalui Program Inklusi ini, NLR Indonesia membuka Program Magang bagi OYPMK agar mendapatkan pengalaman kerja yang tentu saja sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas diri hingga akhirnya memunculkan rasa percaya diri. Menurut Bapak Angga Yanuar, setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan untuk meningkatkan rasa percaya diri OYPMK, yaitu:
- Memberikan motivasi,
- Membekali OYPMK dengan beragam keterampilan khusus dan mengubur dalam-dalam semua persepsi buruk dari masyarakat dan lingkungannya.
Harus diakui, bidang pekerjaan yang bisa dimasuki OYPMK sangat terbatas dan memiliki beberapa kriteria seperti tidak membutuhkan latar belakang pendidikan, tidak bekerja secara berkelompok atau tim, dan tanpa harus melalui seleksi. Untuk itu, NLR Indonesia melalui Program Inklusi terus berusaha meningkatkan keterampilan para OYPMK agar mendapat kesempatan kerja sesuai kemampuannya. Mengingat, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi perusahaan jika ingin mempekerjakan Disabilitas dan OYPMK, dan harus diakui tidak banyak perusahaan yang mampu menyediakan fasilitas kerja tersebut. Sektor informal dan memiliki usaha sendiri menjadi peluang bagi OYPMK untuk dapat kesempatan kerja.
Namun tentu saja Program Inklusi yang diupayakan NLR Indonesia tidak akan berjalan jika tidak ada dukungan dari masyarakat untuk menghilangkan stigma dan perlakukan diskriminatif terhadap OYPMK sehingga mereka bisa mendapat kesempatan kerja yang sama seperti orang lainnya. Untuk itu, menurut Bapak Angga Yanuar ada 3 hal yang harus dilakukan masyarakat, yaitu:
- Menjaga konsep bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki derajat yang sama.
- Memperluas wawasan dan informasi seputar penyakit kusta, apalagi saat ini informasi kesehatan dari beragam kanal media digital sangat mudah diakses, jadi tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk tidak tahu tentang penyakit kusta.
- Melakukan atau meningkatkan komunikasi publik tentang OYPMK sehingga mendorong munculnya kebijakan untuk membantu mengurangi dan menurunkan stigma serta menghilangkan perlakuan diskriminatif terhadap OYPMK.
Anugerah Frozen Food Bulukumba Memberikan Kesempatan Magang Bagi Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK)
PT. Anugerah Frozen Food Bulukumba menjadi salah satu perusahaan yang menerima magang Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dalam Program Kerja Inklusi atau KATALIS yang diinisiasi oleh NLR Indonesia bersama mitra organisasi di Sulawesi Selatan. Dalam kesempatan Mbak Zukirah Ilmiana selaku Owner PT. Anugerah Frozen Food bisa memahami bahwa masih ada sebagian masyarakat yang terbelenggu dengan stigma dan diskriminatif terhadap OYPMK sehingga masih enggan untuk memberikan kesempatan kerja.
Hal inilah yang mendorong Mbak Zukirah memberikan kesempatan magang bagi OYPMK di Anugerah Frozen Food. Ternyata, OYPMK yang mendapat kesempatan magang tersebut memberikan banyak bantuan sehingga aktivitas kerja bisa berjalan dengan lancar. Meskipun baru satu kali membuka program magang, namun diharapkan kedepannya akan semakin banyak OYPMK yang bisa mendapat kesempatan magang sebagai cara untuk meningkatkan kualitas diri agar mudah mendapat kesempatan kerja kedepannya.
Berkaitan dengan interaksi antara pekerja magang OYPMK dengan pekerja lainnya di Anugerah Frozen Food, Mbak Zukirah mengungkapkan tidak ada masalah dan selama OYPMK magang, karyawan lain bisa menerimannya. Bahkan, fasilitas yang diberikan juga sama sehingga antar pekerja bisa menjalin kerjasama yang baik. Hal ini berarti, ada sebagian masyarakat yang sudah tidak lagi terbelenggu mitos seputar penyakit kusta yang dahulu sangat dipercaya masyarakat.
Berkaitan dengan hasil kerja pekerja magang OYPMK di Anugerah Frozen Food, Mbak Zukirah mengaku sangat puas, bahkan bisa dikatakan jika kemampuan kerja yang dimiliki OYPMK sudah sangat baik sehingga kedepannya Anugerah Frozen Food berencana menerima kembali OYPMK untuk magang di perusahaannya.
Tantangan mempekerjakan Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) pasti ada, seperti yang dialami Mbak Zukirah di mana tantangan terbesarnya justru dari konsumen atau pelanggan yang membeli produknya. Namun, dengan komunikasi yang baik, umumnya konsumen mau menerima dilayani oleh pekerja magang OYPMK. Yah...memang membutuhkan waktu agar masyarakat bisa menerima OYPMK melakukan beragam aktivitas pekerjaan tanpa stigma dan diskriminasi.
Tingkatkan Rasa Percaya Diri Agar Orang yang Pernah Mengalami Kusta Dapat Kesempatan Kerja
Muhammad Arfah, merupakan pemuda Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dan menjadi salah satu peserta magang dalam Program KATALIS NLR Indonesia di Sulawesi Selatan. Kebetulan Muhammad Arfah di terima magang di Kantor Satpol PP Kota Makassar sebagai staf administrasi.
Sebagai Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK), Muhammad Arfah menceritakan pernah mengalami masa-masa sulit terutama saat masih sekolah. Di mana dia sering mendapatkan perlakukan yang diskriminatif dari lingkungan pertemanannya. Padahal, saat itu Muhammad Arfah setelah dinyatakan sembuh total dari penyakit kusta.
Selain stigma dan diskriminasi, Muhammad Arfah juga mengalami masa-masa dimana mengalami kesulitan untuk mendapat kesempatan kerja. Beruntung akhirnya melalui program magang NLR Indonesia, bisa mendapatkan kesempatan untuk magang dan belajar bekerja sebagai staf administrasi di Kantor Satpol PP Kota Makassar.
Tidak mudah bagi Muhammad Arfah untuk berjuang meningkatkan rasa percaya diri bahwa dia bisa melakukan pekerjaan sama baiknya dengan orang lain. Namun untunglah dia mendapatkan dukungan yang besar dari keluarga serta teman terdekatnya, dan inilah yang membuatnya memiliki rasa percaya diri untuk mendapatkan kesempatan kerja magang di salah satu instansi pemerintah Kota Makassar.
Meskipun saat ini Muhammad Arfah telah selesai menjalani program kerja magangnya, namun pengalaman bekerja tersebut menjadi sangat berharga karena dia bisa belajar banyak hal selama bekerja, terutama menyangkut administrasi untuk meningkatkan keahliannya.
Saatnya Dukung Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) Dapat Kesempatan Kerja
Setelah mengikuti Talkshow Ruang Publik KBR yang mengambil tema "Memberikan kesempatan kerja bagi Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta? Kenapa Tidak!" saya jadi tahu nih permasalahan yang dialami OYPMK meskipun sejak lama mereka telah dinyatakan sembuh total, antara lain:
- Masalah Stigma,
- Masalah Diskriminasi,
- Masalah tantangan kemandirian finansial karena sulit mendapatkan kesempatan kerja.
Kesempatan kerja untuk OYPMK menjadi hal yang sangat penting karena setelah sembuh total tentu mereka harus melanjutkan hidupnya. Namun dalam prakteknya, seringkali OYPMK mendapat penolakan dari lingkungan sehingga sulit mendapat kesempatan kerja. Belum lagi kondisi fisik OYPMK tidak memungkinkan untuk bekerja dibanyak sektor, dan untuk perusahaan yang mempekerjakan OYPMK harus menyediakan alat khusus dan fasilitas agar mereka bisa bekerja dengan nyaman. Bukan hal yang mudah memang, tapi harapan akan selalu ada tentu dengan dukungan banyak pihak.
Untuk itu, mari bersama dukung Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) dapat kesempatan kerja, dengan cara:
- Hilangkan stigma dan perlakuan diskriminatif pada OYPMK dengan membuka wawasan serta mengakses informasi yang benar tentang penyakit kusta.
- Bantu OYPMK untuk meningkatkan rasa percaya diri sehingga dapat merubah pola pikirnya agar lebih berdaya menolong dirinya sendiri, kuat menghadapi tantangan, dan tentu saja diharapkan bisa membantu OYPMK lainnya.
- Berikan akses untuk meningkatkan skill OYPMK sesuai kemampuan dan kondisi fisiknya untuk mengatasi tantangan kemandirian finansial.
- Selalu berupaya melibatkan OYPMK dalam pergaulan sosial, sebagai cara untuk membantunya memperluas jaringan pertemanan atau networking agar peluang mendapatkan kesempatan kerja makin besar.
- Suarakan kondisi yang dialami OYPMK agar semakin banyak pihak yang bersedia membuka kesempatan kerja seluas-luasnya untuk para disabilitas dan OYPMK.
Yuk bersama wujudkan Indonesia yang nyaman untuk Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta agar mereka bisa menikmati hidup dalam masyarakat yang inklusif, dimana hak mereka terpenuhi terutama kesempatan kerja, tanpa stigma dan diskriminasi. Saatnya dukung Disabilitas dan Orang yang Pernah Mengalami Kusta dapat kesempatan kerja!
Referensi Tulisan dan Foto:
Youtube Berita KBR dalam Acara Talkshow Ruang Publik KBR
18 komentar untuk "Saatnya Dukung Orang yang Pernah Mengalami Kusta Dapat Kesempatan Kerja"
apa yang harus dipersiapkan oleh perusahaan itu terkait dengan reasonable accommodation, yaitu beberapa hal yang membantu kawan-kawan disabilitas atau OYPMK untuk tidak mengalami hambatan dalam ambulasi dan mobilisasi di lingkungan kerja. Artinya, apa yang disediakan ini dipengaruhi dengan siapa disabilitas yang bekerja atau berkarya di tempat tersebut.
Yang jelas, kita semua harus berupaya menghapus stigma, dan memberikan kesempatan kpd sodara2 kita ini yak.
Kegiatan-kegiatan seperti ini sangat bermanfaat untuk menyadarkan masyarakat bahwa disabilitas dan orang yang pernah mengidap kusta perlu dibantu untuk bangkit. Bukan malah dicemooh dan dijauhi.
Beruntung saya baca artikel ini. Hampir lupa ini jam sepuluh saya ada webinarnya soal kusta ini.
Masih banyak penderita nya belum lagi stigma yang ada di masyarakat
termasuk dalam memeberikan kesempatan kerja bagi OPYMK ini
Edukasi yang benar untuk masyarakat ini harus digaungkan mengenai kusta dan penyembuhannya.