Hobi Telolet, Akankah Menjadi Cikal Bakal Hobi Otomotif Pada Anak?

Apa yang terbayang di benak saudara-saudara jika setiap hari mendengar klakson bus di rumah padahal lokasi rumah sangat jauh dari terminal atau jalan raya? 

Fenomena klakson bus telolet yang sedang hangat diperbincangkan di mana-mana ternyata juga menjangkiti anak-anak saya. Bahkan, hampir sebagian besar isi galeri dari smartphone-nya adalah gambar bus dan rekaman klakson telolet dan hobi telolet ini sudah hampir satu tahun dijalaninya. Dahulu, saya dan ayahnya berpikir mungkin karena booming klakson bus telolet di kalangan anak dan remaja, kedua anak saya jadi ikut-ikutan atau terbawa suasana serta teman-temannya, tapi ternyata bulan demi bulan berlaku aktivitas merekam klakson serta mengambil foto bus masih kerap dilakukan meskipun intensitasnya mulai berkurang dan caranya mulai berubah.

Klakson Bus Telolet

Dulu, jika ada waktu kosong sedikit aja dan ada notif bbm dari temannya, langsung deh si sulung capcus ke lokasi buat ambil posisi merekam telolet dan mengambil foto bus, karenanya saya sangat khawatir apalagi umumnya lokasi sangat dekat dengan jalan raya. Setelah bicara dari hati ke hati, akhirnya antara kami dengan si sulung mengambil kata sepakat, tidak melarang tapi tidak boleh pergi ke lokasi jalan raya yang ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor ataupun ke terminal tanpa ditemani ayahnya. Untunglah, di kompleks perumahan saya, di kawasan Citra Raya sering didatangi bus-bus besar yang membawa peserta tour dari berbagai kota sekitar Tangerang, karena di kawasan Citra Raya ada destinasi wisata edukasi yang cocok untuk sekolah dan keluarga, yaitu Citra Raya Water World dan Citra Raya World of Wonder

Keberadaan dua destinasi wisata edukasi ini tentu saja membuat banyak keluarga dan rombongan wisatawan di sekitar Tangerang berdatangan dengan menggunakan bus-bus besar khusus. Sebagian besar bus tersebut keren-keren dan masih baru, dan bus-bus ini disediakan lahan parkir khusus oleh pihak pengelola Citra Raya. Kawasan parkir inilah yang dijadikan lahan hunting hobi klakson telolet si sulung dan teman-temannya. Bahkan, semakin banyaknya bus-bus yang berseliweran di kawasan Citra Raya membuat anak-anak pengemar klakson bus telolet membentuk komunitas Citra Raya Bus Mania. Tapi, meskipun tidak melarang, saya belum mengizinkan putra saya untuk masuk dalam komunitas apapun, selain usianya masih dini (13 tahun), saya masih belum nyaman melihatnya bepergiaan yang orang-orang yang belum saya kenal dengan baik kecuali tetangga dan teman sekolahnya.
 
Meskipun sudah tidak terlalu sering hunting bus di luar, bukan berarti hobi teloletnya berakhir, karena setiap hari klakson bus telolet kini jadi konsumsi telinga saya karena hunting klakson bus telolet dan gambar-gambar bus kini berpindah melalui channel youtube dan Instagram. Inilah yang menjadi alasan si sulung yang tadinya alergi sosmed jadi merengek minta dibuatkan akun Instagram, selain untuk mengunggah koleksi foto dan videonya, juga untuk hunting foto serta video pendek klakson bus telolet. hasilnya setiap ada kesempatan stalking akun instagram si sulung, isinya cuma foto dan video bus, dan ngak ada satupun foto selfie, keluarga, apalagi teman-temannya...hadeuhhhh, sampai segitunya.

Momen GIIAS (Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show) 2016 di pertengahan bulan Agustus lalu adalah momen yang ternyata sangat ditunggunya. Bahkan, demi momen tersebut dia rela menabung untuk membayar tiket masuk GIIAS bersama ayah dan adiknya...hmmm hebat juga kau nak! Kalau dipikir-pikir meskipun ayahnya bisa memperbaiki mobil atau tahu sedikit tentang otomotif, namun hal tersebut bisa dibilang bukanlah hobi. Tapi, demi melihat betapa antusiasnya kedua anak lelaki saya terhadap dunia otomotif terutama bus, akankah kesukaan ini akan menjadi cikal-bakal hobi otomotif pada anak atau setidaknya menjadi passion-nya kelak sehingga akan menumbuhkan jiwa kreativitas pada anak. Saya pernah membaca sebuah buku parenting yang mengupas kenakalan remaja, di mana salah satu poin yang setidaknya bisa mengurangi tingkat kenakalan anak dan remaja adalah memiliki hobi dan orangtua mendukung anak menyalurkan hobi tersebut asalkan positif.
GIIAS 2016
Tentu saja harapan tersebut tidak serta merta bisa terwujud meskipun anak saat ini menunjukkan tanda suka dengan hal-hal yang berbau bus, apalagi fenomena bus telolet memang sedang booming dan bukan tidak mungkin tren ikut-ikutan juga menjangkiti anak-anak saya entah sampai kapan. Tapi setidaknya kesukaan anak akan jenis transportasi ini bisa menumbuhkan semangat dalam dirinya untuk terus mencari informasi yang berkaitan dengan hobi barunya tersebut. Meskipun tetap saja diperlukan support penuh dari orangtua agar hobinya tersebut tetap berada pada jalur yang aman terkendali. Setidaknya ada beberapa manfaat positif yang bisa saya petik dari hobi klakson bus telolet anak saat ini, diantaranya mereka menjadi gemar browsing dan mencari informasi beragam jenis bus di dalam serta di luar negeri.

Satu lagi, selama ini cukup sulit menumbuhkan minat baca pada anak-anak saya, apalagi terkadang saya harus bersaing ketat dengan banyaknya aplikasi gadget yang lebih menarik dan interaktif. Tapi herannya sejak suka dengan klakson bus telolet, anak-anak suka minta dibelikan majalah-majalah otomotif, dan beberapa waktu yang lalu si sulung malah membeli buku yang mengulas hobi telolet ini melalui media sosial, padahal sebelumnya jarang banget anak-anak minta dibelikan buku sekalipun mereka ikut saya ke toko buku. Meskipun saat ini belum menampakkan hasil yang signifikan, tapi setidaknya ada suatu hal unik yang menarik perhatian anak-anak apalagi saat ini si sulung sudah mulai beranjak remaja dan biasanya menjelang momen anak beranjak remaja adalah saat-saat yang membutuhkan kewaspadaan tingkat tinggi.

Dari beberapa artikel yang pernah saya baca, setidaknya ada beberapa tips yang bisa dilakukan orangtua untuk menumbuhkan dan mendukung hobi si anak :
  • Pentingnya untuk memfasilitasi hobi si anak, tentu saya sesuai dengan kemampuan orangtua dan kebutuhan si anak sendiri. Yah ngak mungkinlah demi mendukung hobi otomotif anak misalnya, orangtua kudu rela memberikan mobil heheheh, padahal anak belum butuh karena otomotif itu sendiri jenisnya beragam. Poin penting di sini adalah dengan menfasilitasi berarti kita mendukung hobi si anak dan dukungan sangat diperlukan untuk memagari anak dari hal-hal yang negatif atau belum tepat diusianya.
  • Memberikan kesempatan anak untuk bereksplorasi sesuai hobi atau kesukaan si anak, asalkan dalam batas-batas serta aturan yang disepakati. Biasanya memasuki usia remaja, anak-anak sudah bisa diajak untuk berbicara dari hati ke hati dan mencari solusi yang melegakan kedua belah pihak.
  • Jangan lalai untuk memantau dan mengawasi perkembangan si anak bersama hobinya, karena tidak selalu hobi positif akan selalu berbanding lurus dengan hasil positif yang diinginkan.
Poin selanjutnya bisa ditambahkan sendiri sesuai dengan kebutuhan orangtua, tapi yang pasti jangan langsung menghakimi sekecil apapun hobi si anak hanya karena hobi tersebut agak sedikit unik atau berbeda dari yang lain, berpotensi atau tidak untuk menunjang masa depan kita tidak akan pernah tahu. Tapi tetap saja orangtua harus memegang kendali penuh dalam mengawasi anak-anak terutama yang mulai beranjak remaja, dan faktor lainnya yaitu orangtua harus melek teknologi. Mengapa? Karena fenomena klakson bus telolet menjadi viral terutama di kalangan anak dan remaja tidak lepas dipengaruhi maraknya perkembangan media sosial yang semakin mudah diakses dengan canggihnya berbagai perangkat teknologi yang dimiliki si anak. Bahkan, berbekal kecanggihnya perangkat teknologi, anak-anak saya bisa mengakses beragam informasi terkini telolet hanya dari rumah, persis seperti apa yang telah saya tuliskan pada bagian awal artikel ini.

Tapi tetap saja, menurut saya untuk usia anak-anak saya seperti sekarang ini, prioritas utama adalah belajar dan sebisa mungkin mengembangkan hobi tetap dalam takaran yang tidak terlalu menganggu jam belajarnya. Saya percaya seperti yang dikemukakan banyak ahli parenting bahwa hobi merupakan stimulasi yang baik bagi perkembangan kecerdasan anak, dan diharapkan hobi tersebut akan menunjang keberhasilan belajar si anak, setidaknya memberinya semangat untuk belajar. Atas alasan itulah mengapa saya tidak melarang hobi barunya tersebut, meskipun saya juga tidak melepaskan sepenuhnya anak saya mengeksplorasi hobinya barunya tersebut karena tergolong cukup berbahaya jika dilakukan tanpa pengawasan dari orang yang lebih tua.

Satu hal lagi, meskipun anak-anak mengakses melalui media sosial, tetap saja orangtua tidak boleh lengah untuk ikut mengawasinya, karena dunia maya masih sangat rentan dengan bahaya. Memang, kebanyakan akun media sosial yang di follow oleh anak saya adalah penggemar otomotif atau bus mania community, bahkan beberapa akun pribadi milik sopir bus ramai dibanjiri followers dari kalangan anak-anak penggemar klakson bus telolet, termasuk anak saya. Namanya juga akun dewasa, secara berkala saya sering stalking ke akun anak saya dan mengecek siapa saja sih yang mereka followers. Kelihatan agak paranoid ya...hahaha, tapi yah begitulah, di era digital ini saya sebagai orangtua harus mengetatkan pengawasan, terkadang dari dekat dan terkadang dari jauh.

Klakson Bus Telolet
Foto : http://www.instagram.com/berryldarinario/

Santai saja, kalau kata suami saya, dan jangan lupa berdoa yang terbaik agar apa yang sedang digandrunginya saat ini memberikan kebaikan dan mendukung cita-citanya kelak di masa yang akan datang. Siapa tahu, hobi klakson bus telolet-nya saat ini akan menjadi cikal bakal hobi otomotif si anak di masa yang akan datang. Serta yang pasti, anak-anak akan lebih mencintai transportasi umum sehingga bisa mengurangi kemacetan akibat semakin menumpuknya kendaraan pribadi yang tidak diimbangi pertambahan ruas jalan dari tahun ke tahun.

Namun yang pasti kedepannya jika diakomodir secara serius, hobi klakson bus telolet di kalangan anak dan remaja akhir-akhir ini akan memberikan beragam keterampilan serta pengetahuan bagi si anak, diantaranya :
  • Keterampilan fotografi. Mengambil foto bus terutama yang sedang melaju kencang bukanlah sesuatu yang mudah apalagi sambil merekam klakson telolet, butuh keterampilan dan kecepatan. Jika dikembangkan secara berkesinambungan, tentu akan memberikan manfaat positif untuk kehidupan anak di masa depan.
  • Keterampilan bersosialisasi. Si sulung sejak kecil memiliki kesulitan untuk dalam sosialisasi, terutama dengan orang yang baru di kenal. Memiliki hobi khas, apalagi jika orang baru tersebut mungkin memiliki hobi yang sama, bisa jadi akan menumbuhkan rasa percaya dirinya untuk memulai hubungan dan membangun komunikasi dengan orang baru tanpa intervensi dari orangtuanya.
  • Belajar tata tertib berlalu lintas. Fenomena telolet di kalangan anak-anak cukup meresahkan, apalagi terkadang anak-anak mengambil gambar atau merekam klakson telolet dari jarak yang sangat dekat dengan jalan raya, bahkan beberapa kali saya lihat anak-anak banyak yang bergerombol hunting foto dan klakson di pinggir jalan tol. Inilah kekhawatiran terbesar saya dan ayahnya sebagai orangtua, demi untuk menghindari aksi ini ayahnya sampai harus memfotokopi besar-besar peraturan tata tertib lalu lintas berikut sanksinya, agar si sulung memahami tidak hanya membahayakan keselamatan diri sendiri tapi juga akan terkena sanksi. hukum. 
  • Mulai antusias membaca buku, majalah, serta browsing informasi seputar otomotif terutama informasi terbaru tentang bus. 
Mungkin, masih terlalu dini mengharapkan hobi barunya ini akan menjadi permanen, namun setidaknya hobi akan menuntun anak terutama yang masih remaja untuk memiliki tujuan dan semangat untuk menekuni sesuatu...semoga!
Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog bundadigital.my.id | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "Hobi Telolet, Akankah Menjadi Cikal Bakal Hobi Otomotif Pada Anak?"