Melek Gizi Itu Tidak Mahal
Gizi? Seberapa sering kita mendengar kata tersebut, betapa permasalahan gizi menjadi sangat penting dan menjadi tolak ukur kelangsungan kesehatan hidup setiap manusia, terutama anak-anak dalam setiap periode pertumbuhannya. Masalah pemenuhan gizi menjadi pondasi awal bagi terbentuknya generasi yang sehat, berprestasi, cerdas, dan memiliki daya saing yang tinggi di masa depan. Karena itulah, masyarakat terutama orangtua harus memahami gizi dengan memiliki literasi gizi yang baik, bahkan sejak sebelum kehamilan hingga anak tumbuh dewasa.
Menyadari arti pentingnya masyarakat Indonesia memiliki literasi gizi yang baik inilah, maka dalam momen peringatan Hari Gizi Nasional, tanggal 25 Januari 2015 yang lalu di Lapangan Monas Jakarta, Sarihusada bersama berbagai komunitas peduli gizi menyelenggarakan "Karnaval Ayo Melek Gizi" yang bertujuan untuk mendukung peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan gizi seimbang dan pola makan sehat.
Mengapa? Karena berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, diperkirakan prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Indonesia mencapai 19,6% atau meningkat dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2010 yang sebesar 17,9% dan data Riskesdas tahun 2007 sebesar 18,4%. Padahal dari segi tingkat pendidikan, jumlah masyarakat yang berpendidikan memiliki kecenderungan semakin naik dengan salah satu indikatornya adalah semakin meningkatnya jumlah masyarakat golongan menengah ke atas.
Karena itulah, menurut hemat saya, upaya peningkatan literasi gizi yang baik di kalangan masyarakat Indonesia harus dibarengi dengan upaya peningkatan literasi kesehatan atau melek kesehatan pada masyarakat, terutama orangtua setidaknya mulai dari ketika mempersiapkan kehamilan hingga periode emas pertumbuhan anak-anak.
Lantas apa itu melek kesehatan? Jika didefinisikan melek kesehatan adalah upaya sejauh mana individu memiliki kapasitas atau kemampuan untuk memperoleh, mengolah, memahami informasi, dan layanan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat setidaknya untuk kesehatan yang sifatnya mendasar seperti masalah penentuan gizi seimbang untuk keluarga. Keterampian literasi kesehatan umumnya mencakup beberapa komponen, diantaranya; membaca dan menulis (Print Literacy), berbicara dan mendengarkan (lisan/literacy aural), berhitung (menggunakan angka), serta pengetahuan budaya dan konseptual.
Dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Gizi Nasional 2015 melalui Karnaval Ayo Melek Gizi inilah seharusnya juga menjadi momentum untuk meningkatkan literasi gizi di kalangan masyarakat yang dibarengi dengan peningkatan literasi kesehatan, sehingga setiap upaya untuk memperbaiki gizi masyarakat akan selalu bermuara pada meningkatnya kesehatan masyarakat Indonesia.
Yuk, Berkenalan Dengan Gizi
Zat gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Sedangkan menurut definisi seorang ahli yang bernama Harry Oxorn dan William R. Forte, gizi memiliki pengertian yang luas, tidak hanya mengenai jenis-jenis pangan dan kegunaannya bagi tubuh melainkan juga mengenai cara-cara memperoleh dan mengolahnya agar tubuh kita tetap sehat.
Secara garis besarnya zat gizi dapat dibagi menjadi zat gizi organik dan anorganik. Zat gizi organik terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Sedangkan zat gizi anorganik terdiri dari mineral dan air. Selain itu, zat gizi dapat dikelompokkan berdasarkan sumbernya, berdasarkan fungsinya, dan berdasarkan jumlahnya. Pemahaman dan pengetahuan tentang pengelompokkan zat gizi inilah yang menjadi cikal bakal bagi peningkatan literasi gizi dan kesehatan di kalangan masyarakat di tingkat selanjutnya.
Gambar : http://nutrisiuntukbangsa.org/ |
Mengapa? Karena berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, diperkirakan prevalensi balita gizi buruk dan kurang di Indonesia mencapai 19,6% atau meningkat dibandingkan dengan data Riskesdas tahun 2010 yang sebesar 17,9% dan data Riskesdas tahun 2007 sebesar 18,4%. Padahal dari segi tingkat pendidikan, jumlah masyarakat yang berpendidikan memiliki kecenderungan semakin naik dengan salah satu indikatornya adalah semakin meningkatnya jumlah masyarakat golongan menengah ke atas.
Karena itulah, menurut hemat saya, upaya peningkatan literasi gizi yang baik di kalangan masyarakat Indonesia harus dibarengi dengan upaya peningkatan literasi kesehatan atau melek kesehatan pada masyarakat, terutama orangtua setidaknya mulai dari ketika mempersiapkan kehamilan hingga periode emas pertumbuhan anak-anak.
Lantas apa itu melek kesehatan? Jika didefinisikan melek kesehatan adalah upaya sejauh mana individu memiliki kapasitas atau kemampuan untuk memperoleh, mengolah, memahami informasi, dan layanan yang dibutuhkan untuk membuat keputusan kesehatan yang tepat setidaknya untuk kesehatan yang sifatnya mendasar seperti masalah penentuan gizi seimbang untuk keluarga. Keterampian literasi kesehatan umumnya mencakup beberapa komponen, diantaranya; membaca dan menulis (Print Literacy), berbicara dan mendengarkan (lisan/literacy aural), berhitung (menggunakan angka), serta pengetahuan budaya dan konseptual.
Dalam rangkaian kegiatan memperingati Hari Gizi Nasional 2015 melalui Karnaval Ayo Melek Gizi inilah seharusnya juga menjadi momentum untuk meningkatkan literasi gizi di kalangan masyarakat yang dibarengi dengan peningkatan literasi kesehatan, sehingga setiap upaya untuk memperbaiki gizi masyarakat akan selalu bermuara pada meningkatnya kesehatan masyarakat Indonesia.
Yuk, Berkenalan Dengan Gizi
Zat gizi adalah elemen yang terdapat dalam makanan dan dapat dimanfaatkan secara langsung oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Sedangkan menurut definisi seorang ahli yang bernama Harry Oxorn dan William R. Forte, gizi memiliki pengertian yang luas, tidak hanya mengenai jenis-jenis pangan dan kegunaannya bagi tubuh melainkan juga mengenai cara-cara memperoleh dan mengolahnya agar tubuh kita tetap sehat.
Secara garis besarnya zat gizi dapat dibagi menjadi zat gizi organik dan anorganik. Zat gizi organik terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, dan mineral. Sedangkan zat gizi anorganik terdiri dari mineral dan air. Selain itu, zat gizi dapat dikelompokkan berdasarkan sumbernya, berdasarkan fungsinya, dan berdasarkan jumlahnya. Pemahaman dan pengetahuan tentang pengelompokkan zat gizi inilah yang menjadi cikal bakal bagi peningkatan literasi gizi dan kesehatan di kalangan masyarakat di tingkat selanjutnya.
Zat gizi berdasarkan sumbernya terbagi menjadi dua, yaitu :
- Nabati, sumber zat gizi yang berasal dari tumbuh-tumbuhan.
- Hewani, sumber zat gizi yang berasal dari hewan.
- Sumber tenaga bagi tubuh, seperti zat gizi pada makanan yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein.
- Pembangun dan penjaga tubuh, adalah zat gizi pada makanan yang mengandung protein, lemak, mineral, dan vitamin.
- Pengatur proses kerja di dalam tubuh, adalah zat gizi pada makanan yang mengandung protein, mineral, vitamin, dan air yang berfungsi mengatur proses metabolisme di dalam tubuh.
- Zat Gizi Makro, adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan satuan gram yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti karbohidrat, lemak, dan protein.
- Zat Gizi Mikro, adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil atau sedikit, seperti vitamin dan mineral, dengan menggunakan satuan miligram untuk sebagian besar zat gizinya.
Apa sih sebenarnya gizi seimbang itu? Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) ideal. Di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, prinsip gizi seimbang divisualisasikan berupa "piramida" Gizi Seimbang. Namun, tidak semua negara menggunakan piramida sebagai perwujudan gizi seimbang, tetapi disesuaikan dengan budaya dan pola makan setempat. Khusus untuk Indonesia, gizi seimbang divisualisasikan dalam bentuk "Tumpeng Gizi Seimbang (TGS)".
Gambar : http://www.kfindonesia.org/ |
TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat, sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa, dan usia lanjut), dan sesuai dengan keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, sakit). Tumpeng Gizi Seimbang (TGS) menggambarkan 4 prinsip gizi seimbang : aneka ragam sesuai kebutuhan, kebersihan, aktivitas fisik, dan memantau berat badan ideal. Dengan demikian sangatlah jelas, bahwa prinsip gizi seimbang setidaknya harus memuat 13 pesan dasar, yaitu :
- Makanlah aneka ragam makanan.
- Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi.
- Makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi.
- Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.
- Gunakan garam beryodium.
- Makanlah makanan sumber zat besi.
- Berikan ASI saja sampai bayi berumur 6 bulan.
- Biasakan makan pagi.
- Minumlah air bersih, aman, dan cukup jumlahnya.
- Lakukan kegiatan fisik dan olahraga secara teratur.
- Hindari minuman beralkohol.
- Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan.
- Bacalah label pada makanan yang dikemas.
Selain penerapan gizi seimbang dengan memperhatikan 4 prinsip dasar yang mencakup variasi makanan, pola hidup bersih, aktivitas fisik, dan pemantauan berat badan ideal, kita juga harus memperhatikan sumber zat-zat gizi makro yaitu karbohidrat, lemak, dan protein sebagai penyumbang dan penyuplai tenaga terbesar bagi tubuh, dan juga zat-zat gizi mikro seperti vitamin, mineral, dan juga air yang meskipun dibutuhkan dalam jumlah kecil tapi sangat mempengaruhi kesehatan tubuh.
Pola makan bergizi seimbang mengatur secara proposional keragaman golongan makanan, baik dalam jenis maupun jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Namun, untuk tetap sehat terutama di masa sekarang di mana beragam jenis makanan dan minuman bisa tersaji dengan cepat atau instant, belum lagi jumlah makanan dan minuman kemasan yang sangat banyak dan beragam, tentu pola makan bergizi seimbang harus dibarengi dengan pola makan yang sehat, seperti :
- Makanlah dengan teratur dan tepat waktu, selain penting untuk menghindari penyakit maag, juga mengurangi keinginan untuk menyantap camilan, namun tentunya dengan porsi yang tidak berlebihan.
- Hindari jenis makanan yang instant atau cepat saji seperti junk food atau fast food, karena selain tidak sehat makanan jenis ini memiliki kalori yang sangat besar yang akan mengakibatkan bertumpuknya lemak dan menaikkan berat badan.
- Jika ingin makan camilan, pilihlah camilan yang sehat seperti buah-buahan atau sayuran dengan berbagai variasi.
- Hindari minuman softdrink karena minuman jenis ini hanya mendapatkan asupan karbohidrat dan dalam jangka panjang akan mempengaruhi kesehatan tubuh.
Melek gizi, artinya seseorang harus memiliki literasi gizi yang baik terutama dalam hal pengelolaan dan penentuan jenis makanan. Penyediaan makanan terutama dalam keluarga haruslah ditangani dengan benar baik dari segi kualitas maupun kuantitas termasuk segi keamanannya, dalam hal ini sanitasinya. Salah satu kegiatan sederhana yang sangat mendukung edukasi melek gizi di kalangan masyarakat sekaligus untuk meningkatkan kemampuan literasi gizi serta kesehatan masyarakat terutama keluarga adalah dengan menyusun menu makanan yang seimbang dan sehat.
Gambar : Google |
Apa sih menu itu? Menu adalah suatu susunan beberapa macam hidangan yang disajikan pada waktu tertentu. Menu dapat terdiri dari satu macam hidangan yang lengkap atau tidak lengkap, juga dapat berupa hidangan untuk sarapan pagi, makan siang atau makan malam saja, ataupun hidangan makan untuk satu hari penuh dengan atau tanpa makanan selingan. Menyusun menu memiliki manfaat antara lain :
- Variasi dan kombinasi makanan dapat diatur sehingga menghindari kebosanan akibat menyantap makanan yang sama setiap hari, dan dapat menanamkan kebiasaan menyukai bermacam-macam jenis makanan sejak anak-anak bahkan semenjak bayi.
- Makanan yang disajikan dapat disusun sesuai dengan kebutuhan gizi keluarga, karena mungkin saja dalam keluarga terdapat beberapa anggota keluarga yang menderita sakit, hamil, menyusui, atau intoleran terhadap jenis makanan tertentu.
- Menu dapat tersusun sesuai dengan biaya yang tersedia, sehingga mengurangi kebocoran anggaran belanja keluarga sekaligus menghindari pembelian bahan makanan yang berlebihan sehingga bisa saja terjadi pemborosan dana akibat bahan makanan tidak terpakai sehingga rusak.
- Lebih efisien dalam segi waktu karena jenis masakan sudah direncanakan jauh-jauh hari sebelumnya.
Namun, tentunya sebelum menyusun menu, kita harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang nilai gizi masing-masing makanan, manfaat serta kerugian apabila kita mengkonsumsi bahan makanan tersebut, serta tingkat hygienitas bahan makanan tersebut, karena tidak bisa dipungkiri seiring semakin pesatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin banyak seseorang yang menggunakan segala macam cara untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya tapi merugikan kesehatan orang lain, contohnya kasus tahu yang berformalin, ikan asin yang berformalin, dan sebagainya.
Selain menyusun menu, untuk mendukung upaya melek gizi di kalangan masyarakat sekaligus meningkatkan kemampuan literasi gizi masyarakat bisa juga dengan mengalakkan kegiatan berkebun di rumah. Lahan sempit bukanlah alasan untuk tidak melakukan kegiatan ini, karena saat ini beragam cara sudah banyak diperkenalkan untuk mendukung kegiatan berkebun di lahan yang sempit, seperti di lahan-lahan perumahan di perkotaan yang nyaris tidak memiliki lahan kosong untuk ditanami. Berkebun di rumah memiliki manfaat yang sangat banyak, diantaranya :
- Dapat menghilangkan stress dan menghilangkan kebosanan.
- Bisa memanfaatkan waktu luang dengan hasil yang optimal.
- Memanfaatkan lahan yang kurang produktif sekalipun hanya berupa tembok atau dinding rumah.
- Menyalurkan hobi yang mungkin lama terpendam.
- Menghasilkan udara yang lebih bersih dengan keberadaan tanaman dan pohon yang ada di lingkungan rumah kita.
- Tubuh dan jiwa terasa lebih sehat karena aktivitas fisik yang dilakukan ketika berkebun.
- Bisa lebih berhemat dan irit, karena beberapa jenis bahan makanan bisa diambil dari hasil kebun kita.
- Nilai gizi dari jenis bahan makanan yang kita tanam lebih terpelihara dan lebih fresh (segar).
Gambar : http://matoa.org/ |
Mungkin masih banyak cara untuk mendukung program "Karnaval Ayo Melek Gizi" dalam rangkaian acara Hari Gizi Nasional, sebuah upaya dan usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya meningkatkan status gizi masyarakat, terutama anak-anak sebagai generasi penerus bangsa di masa yang akan datang. Tapi yang terpenting adalah upaya meningkatkan status gizi masyarakat tetaplah harus dimulai dari rumah dan keluarga dengan orangtua sebagai motor penggeraknya, karena di dalam keluarga yang sehat terdapat anak-anak yang kuat.
Tulisan ini diikutsertakan dalam Lomba Penulisan Blog "Karnaval Ayo Melek Gizi".
Sumber referensi tulisan :
- http://nutrisiuntukbangsa.org/
- http://www.kfindonesia.org/
- http://www.slideshare.net/AnitaSriwaty/konsep-gizi-seimbang
- http://bemakbidupbptk.blogspot.com/2011/01/pengolahan-menu-sesuai-kebutuhan.html
- http://green.kompasiana.com/penghijauan/2012/05/31/manfaat-tak-terbatas-walau-berkebun-di-lahan-terbatas-466311.html
4 komentar untuk "Melek Gizi Itu Tidak Mahal"
tapi bener keluarga sehat anak2 pasti sehat