Buku Anak Dari Masa Ke Masa, Realita dan Perkembangannya
Dahulu, ketika saya masih kecil jumlah buku cerita untuk anak sangat terbatas dan sebagian besar adalah terjemahan, seperti lima sekawan, sapta siaga, gadis paling badung di sekolah, si kembar, dan yang paling saya sukai adalah serial nina.
Anehnya dengan buku yang sangat terbatas, namun minat baca di kalangan anak-anak sangat tinggi. Saya masih ingat, rata-rata teman saya mempunyai hobi yang sama membaca buku-buku tersebut, biasanya kami membeli judul buku yang berlainan kemudian saling tukar pinjam. Yah...dahulu selain untuk dibaca, buku cerita anak juga merupakan sarana membangun relasi pertemanan. Bahkan saya bisa kenal dengan teman dari sekolah lain karena suka tukar pinjam buku cerita.
Pernah punya sahabat pena? Kalau saya punya beberapa sahabat pena dari beberapa daerah di Indonesia. Melalui surat kami sering saling tukar pengalaman tentang buku cerita terbaru, atau jika saya belum membelinya maka sahabat pena saya tidak segan meresensinya untuk saya. Ternyata oh ternyata saya jadi ingat masa kecil dulu kami sudah belajar meresensi buku lho!!
Kembali ke masa sekarang, di masa anak-anak saya sekarang tumbuh menjelang usia pra remaja, buku anak berkembang dengan pesatnya, baik dari segi jumlah maupun temanya semakin beragam.
Desain buku anak pun sangat variatif dan menurut saya lebih bagus dari buku anak di masa saya masih kecil. Dulu saya tidak begitu memperhatikan desain sampul bukunya, karena saya lebih memilih judul dan isi cerita di dalamnya. Tapi anak-anak sekarang, terutama anak saya yang masih balita biasanya memilih buku jika desain sampul bukunya menarik dan paduan warnanya menyolok.
Selain warna dan desain sampulnya, anak saya suka memilih buku berdasarkan serial kartun anak yang ditontonnya di televisi, seperti ben 10, film cars, doraemon, naruto, atau anak saya yang perempuan suka buku serial bergambar barbie, dora, dan lain-lain.
Dari pengalaman tersebut, saya mengetahui bahwa salah satu faktor anak usia balita memilih buku berdasarkan pengalaman audio visualnya yang umumnya berdasarkan televisi atau film.
Selain itu ada satu catatan penting yang juga masuk dalam perkembangan buku cerita anak adalah fenomena komik jepang yang biasa disebut "manga" atau 'anime". Mulai berkembang di tahun 1990 hingga sekarang komik jepang sudah mendapatkan tempat tersendiri di hati anak-anak Indonesia, termasuk putra tertua saya yang kini menjelang remaja. Berawal dari suka membaca komik jepang doraemon dan naruto, kini beragam jenis komik jepang lain pun dilahapnya.
Meskipun tidak begitu intens, di awal boomingnya komik jepang saya pun sempat ikut mengemarinya, mulai dari serial cantik yang satu buku selesai sampai komik yang berseri-seri. Dari pengalaman ikut membaca serial komik jepang, saya tahu bahwa selain ceritanya komik jepang juga menawarkan animasi yang sangat bagus dan cantik. Meskipun tidak berwarna, namun animasinya sangat melekat di hati pembacanya. Oh ya...satu lagi karakter tokohnya serasa sangat hidup dan nyata.
Ikut membaca serial komik jepang membuat saya sadar bahwa tidak semuanya cocok untuk konsumsi anak-anak karena ada sebagian komik jepang yang cocok untuk usia remaja dan dewasa baik dari segi ceritanya maupun interaksi antar tokohnya yang divisualkan. Selain itu, tema cerita dan karakter tokohnya terkadang suka nyeleneh atau tidak biasa, seringkali tidak cocok untuk anak-anak yang daya nalarnya masih terbatas.
Dengan perkembangan buku cerita anak yang semakin beragam baik dari segi tema cerita maupun desain bukunya membuat kita harus semakin waspada dalam memilih buku cerita yang baik untuk anak. Meskipun aktivitas membaca merupakan kegiatan positif namun jenis buku yang dibaca pun tidak kalah pentingnya, karena daya imajinasi anak sangat tinggi namun daya nalarnya masih terbatas tentunya akan dipersepsikan salah oleh anak.
Selain itu, anak memiliki tingkat identifikasi yang sangat tinggi sehingga akan muncul kecenderungan untuk meniru aktivitas atau apa yang dilakukan tokoh cerita favoritnya ke dalam tindakan nyata. Sangat berbahaya, karena kita tidak bisa memilihkan mana tokoh yang menjadi kesukaannya, jika anak suka tokoh yang memiliki perilaku menurut kita baik mungkin kita tidak terlalu khawatir, tapi bagaimana jika anak memilih tokoh favorit yang memiliki karakter jelek tentunya sangat mengkhawatirkan. kondisi inilah yang membuat orangtua harus pandai memilah dan memilih buku bacaan apa yang sesuai untuk anaknya.
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) melansir data Toko Buku Gramedia, jaringan toko buku terbesar di Indonesia, yang menunjukkan angka penjualan buku anak selama tahun 2012 dan 2013 menduduki tempat tertinggi di antara jenis buku lainnya. Buku anak menjadi buku terlaris meskipun buku-buku itu tidak pernah terpajang di rak-rak buku terlaris di bagian depan toko buku. (sumber : www.tempo.co)
Salah satu terobosan buku anak yang uniknya di tulis oleh anak-anak sendiri adalah Kecil-kecil Punya Karya (KKPK) yang diterbitkan DAR! Mizan, salah satu penerbitan buku grup Mizan. Buku KKPK mendapat sambutan hangat bukan hanya di kalangan anak-anak tetapi juga orangtua.
Tumbuhnya kelas menengah baru. terutama ibu-ibu yang memberi perhatian pada pendidikan anak dan menumbuhkan kebiasaan membaca anak merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pertumbuhan buku anak seperti KKPK mendapat apresiasi dan antusiasme yang sangat tinggi di kalangan anak-anak.
Sebuah fenomena baru yang menimbulkan atmosfer positif bagi pilihan buku untuk anak, karena meskipun kondisi perkembangan teknologi, sosial, dan budaya mengalami perkembangan yang sangat pesat namun anak tetap tidak berubah, anak adalah makhluk yang memiliki imajinasi tinggi.
Yah...memang sebuah realitas bahwa buku harus bersaing dengan berbagai macam perangkat teknologi yang bukan hanya menawarkan konsep imajinasi secara pasif seperti buku, namun menawarkan sesuatu yang sifatnya interaktif dalam bentuk audio visual atau multimedia.
Namun perkembangan teknologi tidak selalu menimbulkan pengaruh negatif terhadap tumbuhnya minat baca anak, karena teknologi bisa menjadi mata rantai penyampaian informasi tentang buku, terutama buku anak, misalnya dalam bentuk katalog online yang bisa diunduh melalui gadget atau smartphone.
Media jejaring sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan lain-lain juga bisa menjadi sarana untuk memperkenalkan pada anak buku-buku yang baik untuk dibeli dan dibaca melalui perantara orangtua serta berbagai motivasi tentang nilai positif jika anak suka membaca, karena bagaimanapun buku adalah jendelanya ilmu pengetahuan.
Teknologi membaca melalui perangkat telpon pintar dalam bentuk Ebook juga merupakan bagian dari menumbuhkan kebiasaan membaca pada anak. Mungkin sudah saatnya kita mengeser sedikit pemahaman kita tentang buku, bahwa buku tidak selalu dalam bentuk lembaran-lembaran kertas namun buku bisa dikemas dalam bentuk virtual yang bisa dibaca dimanapun. Kita bisa membawa banyak buku hanya dalam satu genggaman.
Perkembangan teknologi desain grafis, animasi, dan ilustrasi pun secara tidak langsung akan semakin meningkatkan minat baca anak, karena anak biasanya suka dengan desain dan ilustrasi gambar yang menarik selain isi bukunya. Teknologi secara virtual tentu sangat memungkinkan anak membaca buku sambil berinteraksi interaktif dengan tokoh cerita atau sebagian isi buku dibuat dalam bentuk visual. Dalam bentuk buku pun, teknologi desain ilustrasi yang menarik tentu merupakan point plus anak dalam memilih buku.
Namun sekali lagi, baik dulu ataupun sekarang dan bagaimanapun bentuknya, buku anak tetap mendapatkan tempat di hati anak-anak, tinggal bagaimana orangtua mensiasatinya untuk memilih buku yang tetap menarik untuk anak namun tetap berkualitas bagi pendidikan anak.
2 komentar untuk "Buku Anak Dari Masa Ke Masa, Realita dan Perkembangannya"