TRANSFORMASI MUSEUM NASIONAL MENUJU ERA TEKNOLOGI DIGITAL

Katalog Museum Nasional Indonesia 2014
Katalog Museum Nasional Indonesia (Dok: Pribadi)
Pernahkah Anda berkunjung ke museum? Seberapa seringkah Anda berkunjung ke museum? Lalu apa yang terpatri di benak Anda ketika berkunjung ke museum atau hanya sekedar memandangi koleksi peninggalan masa lalu yang bernilai historis sangat tinggi tanpa ada koneksi sama sekali antara masa lalu tersebut dengan kehidupan yang saat ini Anda jalani. Jika jawabannya ya, maka kita perlu mengkaji lebih jauh mengapa hingga saat ini museum masih berdiri tegak menentang zaman yang telah berubah dari generasi ke generasi, meskipun harus mengalami kondisi yang sedikit terabaikan.

Tahukah Anda, mengapa museum ada? Mengapa seseorang harus berlelah-lelah mengumpulkan sedikit demi sedikit koleksi benda-benda bersejarah untuk dipersatukan dalam satu tempat yang disebut Museum. 

Hanya satu jawabannya, karena Anda dan juga saya adalah bagian dari masyarakat yang hidup dalam balutan sebuah kebudayaan. Masyarakat dan kebudayaan ibarat dua sisi mata uang yang satu sisinya berupa ungkapan sistem sosial dan sisi lainnya adalah sistem budaya. Interaksi alam fisik dan manusia melalu masa dan ruang membina pelbagai institusi sosial dan budaya yang selaras dengan keperluan hidup masyarakat, sedangkan pelbagai institusi sosial dan budaya adalah respon manusia untuk menyelesaikan beragam masalah dan memenuhi desakan hidup sambil bersedia menghadapi tantangan mendatang.

Kebudayaan adalah hal penting yang menghubungkan manusia dengan lingkungannya. Kebudayaan juga menjadi blue print atau pedoman bagi manusia. Dengan kebudayaan inilah maka manusia menjadi makhluk yang spesial, dapat bertahan dari zaman ke zaman, dan melangsungkan hidupnya.

Ada beberapa cara untuk dapat mengetahui kebudayaan masyarakat, salah satunya adalah dengan datang ke museum, karena di museumlah kita dapat melihat gambaran tentang sebuah peradaban budaya daerah, dari masa lalu, masa kini, dan untuk bekal di masa mendatang. 

Museum diharapkan tidak hanya memantulkan perubahan-perubahan yang ada di lingkungan, tetapi juga sebagai media untuk menunjukkan perubahan sosial serta pertumbuhan budaya dan ekonomi. Selain itu, museum juga berperan dalam proses transformasi yang mewujudkan perkembangan struktur intelektual dan tingkat kehidupan yang membaik. Namun tentunya perkembangan tersebut disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang bersangkutan dalam bahasa dan budayanya masing-masing. Mungkin inilah makna yang ingin disampaikan dan di transkripsikan oleh museum lewat benda yang dipamerkan sebagai instrumen untuk memahami masyarakat pendukungnya, dan salah satunya adalah melalui koleksi yang tersimpan di Museum Nasional Indonesia, museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara.

REKAM JEJAK SINGKAT PERJALANAN SEJARAH MUSEUM NASIONAL

Museum Nasional Indonesia
Museum Nasional Indonesia dalam tampilan masa kini (Dok:Pribadi)
Keberadaan Museum Nasional di awali dengan berdirinya suatu himpunan yang bernama "Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen" oleh Pemerintah Belanda pada tanggal 24 April 1778. Pada masa itu di Eropa tengah terjadi revolusi intelektual (The Age of Enlightenment) yaitu di mana orang mulai mengembangkan pemikiran-pemikiran ilmiah dan ilmu pengetahuan. Pada tahun 1752 di Haarlem, Belanda berdiri De Hollandsche Maatschappij der Wetenschappen (Perkumpulan Ilmiah Belanda). Hal ini kemudian mendorong orang-orang Belanda di Batavia (Indonesia) untuk mendirikan organisasi sejenis.

Bataviaasch Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen (BG) merupakan lembaga independen yang didirikan untuk tujuan memajukan penelitian dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang-bidang ilmu biologi, fisika, arkeologi, kesusastraan, etnologi, dan sejarah, serta menerbitkan hasil penelitian tersebut. Lembaga ini mempunyai semboyan yang hingga saat ini masih dipakai sebagai semboyan Museum Nasional:
"Ten Nutte van het Algemeen" yang artinya untuk kepentingan masyarakat umum.
Seiring dengan semakin berkembangnya dan bertambahnya jumlah koleksi BG, maka pada tahun 1862 Pemerintah Hindia-Belanda memutuskan untuk membangun sebuah gedung museum baru di lokasi yang sekarang, yaitu jalan Medan Merdeka Barat no.12 (dahulu disebut Koningsplein West). Gedung museum ini baru dibuka untuk umum pada tahun 1868.
Koleksi Museum Nasional Indonesia
Beberapa koleksi Museum Nasional (Dok: Pribadi)
Museum ini sangat di kenal oleh masyarakat Indonesia, terutama penduduk Jakarta dengan sebutan "Gedung Gajah" atau "Museum Gajah" karena di halaman depan museum terdapat sebuah patung gajah perunggu hadiah dari Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Thailand yang pernah berkunjung ke museum pada tahun 1871. Sebutan lain dari gedung ini adalah "Gedung Arca" karena di dalam gedung memang banyak tersimpan berbagai jenis dan bentuk arca yang berasal dari berbagai periode.

Mengingat pentingnya museum ini bagi bangsa Indonesia maka pada tanggal 17 September 1962, BG yang telah di ubah namanya menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia menyerahkan pengelolaan museum kepada Pemerintah Indonesia, yang kemudian menjadi museum pusat. Kemudian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 092/0/1979 tertanggal 28 Mei 1979 ditingkatkan statusnya menjadi Museum Nasional, dengan visinya yaitu:
"Terwujudnya Museum Nasional sebagai pusat informasi budaya dan pariwisata yang mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan peradaban, dan kebanggaan terhadap kebudayaan nasional, serta memperkokoh persatuan dan persahabatan antar bangsa".

E-MUSEUM, SEBUAH TRANSFORMASI MENUJU ERA TEKNOLOGI DIGITAL

Satu hal yang tidak mungkin bisa dihindari adalah semakin pesatnya perkembangan teknologi terutama teknologi digital. Kemajuan ilmu pengetahuan yang dahulu juga merupakan cikal bakal lahirnya Museum sebagai lembaga yang sarat akan penelitian ilmiah guna memajukan ilmu pengetahuan, serta teknologi pada akhirnya akan memunculkan banyak ide dan pemikiran baru untuk membangun sebuah lingkungan yang lebih informatif serta tentu saja kaya akan sentuhan teknologi masa kini atau teknologi digital.
Transformasi Museum di era digital
Contoh sentuhan teknologi digital untuk koleksi museum (Dok: dari sini)
Kenyataan ini sejalan dengan pengertian baru berdasarkan Kongres ICOM (International Council of Museum) ke-21 tahun 2007 di Vienna, Austria yang mendefinisikan museum sebagai lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, yang melayani masyarakat beserta perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengkomunikasikan, serta memamerkan peninggalan manusia dan lingkungannya, baik yang berwujud (tangible) dan tak berwujud (intangible), untuk tujuan pembelajaran, pendidikan, dan hiburan.

Satu catatan penting yang sangat menarik jika di simak dari definisi di atas adalah keberadaan museum sebagai sarana untuk pendidikan dan hiburan (Edutaiment). Konsep ini sangat potensial jika digarap lebih lanjut karena bukan hanya relevan dalam artian sesuai dengan perkembangan zaman, akan tetapi sesuai dengan semboyan yang selama 236 tahun di bangun oleh Museum Nasional yaitu untuk kepentingan umum.

Melalui museum, masyarakat di ajak untuk ikut merasakan dan melihat bagaimana pendahulunya membangun suatu peradaban yang tetap eksis dari masa ke masa. Ada situasi interaktif yang di bangun antara pengunjung dan benda-benda bersejarah tersebut sehingga pada akhirnya pengunjung akan merasakan cemistry atau koneksi yang kuat dengan melalui benda-benda bersejarah tersebut terhadap kehidupannya di masa kini dan masa yang akan datang.

Karena itu, sudah saatnya transformasi sistem pengelolaan dan sumber daya museum segera dilakukan agar museum lebih adaptif dengan perkembangan zaman dan kompatibel dengan industri pariwisata yang terus mengalami perkembangan. Sistem pengelolaan museum harus mampu mengelola dan mengemas koleksi sehingga mampu mendongkrak segmentasi pasar, promosi, serta nilai estetika, dan ilmiahnya.

Penting dikembangkan sistem informasi museum atau e-museum yang menarik dan mampu merasuki jejaring sosial internet. Transformasi sistem tersebut akan menunjang profesionalitas bagi edukator (programer) dan kehumasan (public relation) museum. Selain itu, sistem informasi yang handal akan banyak memberikan ruang bagi museum baik itu untuk keperluan promosi, membangun jaringan dan segmentasi pasar yang sesuai, dan tentu saja menjadikan museum sebagai bagian dari kebutuhan masyarakat, hingga pada akhirnya masyarakat akan melihat museum bukan lagi sebagai tempat yang kuno, angker, dan membosankan. Selain untuk keperluan tersebut, e-museum juga bisa digunakan untuk menjelaskan lingkungan museum secara keseluruhan dengan mudah, tentunya dengan dukungan teknologi elektronik dan digital.

Perpaduan teknologi dengan keahlian fotografi yang luar biasa akan memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk mengeksplorasi museum secara maya baik melalui perangkat digital yang telah tersedia maupun melalui perangkat mereka masing-masing. Dengan cara ini diharapkan akan lebih banyak masyarakat, terutama kaum muda untuk mengapresiasi kekayaan budaya dan sejarah Indonesia yang dipamerkan di berbagai museum, baik secara fisik maupun digital dengan penggunaan teknologi modern. Perpaduan ini akan melahirkan satu konsep tour yang interaktif ketika pengunjung mengeksplorasi isi museum. 

Jika sudah sampai pada tahap ini, kecintaan akan museum secara perlahan akan tumbuh di kalangan masyarakat, karena masyarakat bukan lagi melihat museum sebagai tempat kuno dan usang namun tempat yang bukan hanya menjanjikan tambahan ilmu pengetahuan juga sebagai tempat hiburan untuk keluarga. Slogan "Museum di hatiku" bukan lagi hanya tempelan atau kata-kata yang tertulis tanpa makna, tetapi benar-benar melekat sebagai bagian dari gaya hidup masyarakat masa kini. Museum tidak lagi di pandang berbeda dari tempat-tempat yang menjanjikan hiburan semata seperti mall yang tumbuh bak jamur di musim hujan, namun mengunjungi museum akan sama menyenangkannya seperti di mal, bahkan ada nilai plusnya yaitu edukasi. Inilah konsep Edutaiment yang memadukan proses belajar masyarakat menjadi satu hal yang menyenangkan dan fleksibel dengan bantuan teknologi digital.

Ada banyak solusi yang ditawarkan untuk membangun e-museum yang tentu saja membutuhkan kajian dan penelitian yang lebih mendalam bukan hanya dari sisi teknologi semata, namun juga dari sisi kesiapan sumber daya manusia, lingkungan sekitar, masyarakat, dan tentu saja pembiayaan. Karena itu sebagai tahap awal bisa memanfaatkan secara lebih maksimal fasilitas teknologi yang kini telah berkembang dan populer di museum-museum Indonesia, meliputi papan informasi digital berlayar sentuh, koneksi internet nirkabel, monitor/display interaktif, dan ruang khusus multimedia. Untuk memulai suatu rencana yang hebat memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar, namun memanfaatkan teknologi digital yang saat ini telah dikembangkan juga merupakan pondasi awal untuk menuju transformasi e-museum ke arah yang lebih tinggi lagi sesuai perkembangan zaman di masa yang akan datang.

MUSEUM NASIONAL INDONESIA DI MASA YANG AKAN DATANG

Museum Nasional Indonesia
Dok: Pribadi
Terlepas dari sejarah panjangnya sebagai lembaga riset tertua yang mendedikasikan diri dalam sejarah Indonesia, museum ini hanya dikunjungi oleh 200 ribu pengunjung sepanjang tahun 2010. Ini terjadi di sebuah kota di mana pusat perbelanjaan terdekatnya menerima 30.000 pengunjung dalam satu hari dan dalam kunjungan tersebut ada pola perilaku konsumtif yang nyaris selalu mereka keluarkan tiap kali berkunjung ke pusat perbelanjaan tersebut. 

Sebuah kenyataan yang sungguh sangat memiriskan hati, bahwa sebuah museum yang memiliki 145.000 artefak dan benda-benda seni terbanyak di Asia Tenggara, dan bahwa koleksinya meliputi sejak jaman prasejarah Indonesia hingga era kemerdekaan 1945, seakan tidak berpengaruh apa-apa.

Atas dasar alasan-alasan tersebut itulah maka dibuat sebuah rencana induk sebagai usaha untuk memperbaharui museum dengan menambah fasilitasnya dengan area-area pendukung komersial. Skema baru untuk membangun kompleks  museum di buat untuk mengembalikan lembaga besar ini kepada peran aslinya sebagai fasilitas publik. 

Masterplan Museum Nasional Indonesia
Masterplan Museum Nasional Indonesia (Dok: dari sini)
Perencanaan bangunan yang modern serta disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat masa kini merupakan transformasi awal Museum Nasional menuju ke arah perubahan. Tetapi yang paling diharapkan bahwa perubahan ini bukan hanya pada tampilan sentuhan arsitektur semata, namun yang terpenting adalah bagaimana Museum Nasional sebagai bagian dari fasilitas publik mampu memberikan satu nilai tambah bagi masyarakat sebagai upaya untuk menata wajah bangsa di masa depan menjadi lebih baik lagi, dan tentu saja sesuai dengan perkembangan jaman.
Masterplan Museum Nasional Indonesia
Masterplan Museum Nasional Indonesia (Dok: dari sini)
Masterplan yang telah di buat dengan konsep memberikan akses sebesar-besarnya untuk kepentingan publik merupakan satu rencana awal yang patut di dukung, karena tidak ada satu pun kekuatan yang bisa menghentikan sebuah perubahan kecuali tentu saja ikut menyesuaikan dengan perubahan tersebut asalkan dalam batasan-batasan yang jelas serta sesuai dengan fungsi dan peran Museum Nasional terhadap perkembangan budaya dan sejarah peradaban bangsa Indonesia.

Perpaduan konsep bangunan Museum Nasional di masa depan dengan sentuhan teknologi digital (e-museum) di setiap sudutnya yang mumpuni merupakan konsep yang ideal dan sesuai dengan peran asli sebuah museum, yaitu sebagai bagian dari fasilitas publik yang terbuka bagi masyarakat dari berbagai kalangan yang memiliki fungsi sebagai pusat pendidikan juga hiburan (Edutaiment). Museum selayaknya tidak hanya berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda bersejarah namun juga harus menjadi tempat yang menarik, aksesibel untuk seluruh ragam komunitas dan menjadi tempat alternatif berkumpulnya masyarakat dalam upaya meningkatkan potensi kota secara berkelanjutan.

Tulisan ini diikutsertakan dalam "Lomba Esai Museum Collection Make Connection" yang diselenggarakan www.museumnasional.or.id dalam rangkaian Festival Hari Museum Internasional.

Sumber referensi tulisan :
  1. http://www.museumnasional.or.id
  2. http://www.adityarizki.net
  3. http://museumku.wordpress.com
Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog bundadigital.my.id | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

2 komentar untuk "TRANSFORMASI MUSEUM NASIONAL MENUJU ERA TEKNOLOGI DIGITAL"

Comment Author Avatar
Penyajian dari Museum Nasional Indonesia dari tahun ke tahun sellau memberikan hal yang baru, dan selalu berani berinovasi dalam mengembangkan ide-ide kratifnya, karena setia saya ke sana selalu saja menemukan hal yang baru dan membuat saya semakin betah kalau bermain di Museum Nasional Indonesia. Sukses lombanya ya Mba.


Salam
Comment Author Avatar
Inovasi adalah syarat mutlak jika tidak ingin tergerus jaman, iya kan Mas. Tengkyuu udah berkunjung dan sukses juga ya. Salam balik