ONE VISION, ONE IDENTITY, ONE COMMUNITY MENUJU KOMUNITAS ASEAN 2015

Akhir-akhir ini pembicaraan soal pembentukan masyarakat ASEAN atau komunitas ASEAN menjadi semakin hangat seiring dengan semakin dekatnya limit waktu pelaksanaannya, yaitu tahun 2015. Namun bagaimana cara mewujudkan rancangan pembentukan komunitas tersebut masih terbatas dalam bentuk wacana-wacana dan regulasi di tingkat negara, dan belum menyentuh ketingkat yang paling rendah yaitu masyarakat. Bagaimana mempersatukan masyarakat yang memiliki beragam identitas termasuk konflik-konflik didalamnya kedalam satu komunitas masih menjadi tanda tanya besar. Konflik-konflik yang terjadi antar masyarakat dalam satu negara bahkan belum bisa terselesaikan dengan tuntas, lantas bagaimana harus menghadapi orang lain yang bahkan nama negaranya saja masyarakat baru mendengarnya. Banyak hal yang harus di sadari bahwa hampir semua negara yang berada di kawasan Asia Tenggara memiliki masalah besar dalam bidang pendidikan, padahal pendidikan berpotensi untuk memperbaiki wawasan warganegaranya termasuk didalamnya rasa toleransi, pengertian, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan orang lain tanpa harus menimbulkan konflik.

Kondisi dan situasi nyata dalam masyarakat ini akan terus membayang-bayangi langkah besar pemimpin-pemimpin di negara ASEAN untuk mewujudkan masyarakat ASEAN kedalam satu Komunitas di tahun 2015. Karena itu penting bagi negara-negara ASEAN untuk segera mensosialisasikan komunitas ini kepada masyarakat di masing-masing negara, agar tidak terjadi Cultur Shock dalam masyarakat. Di tengah-tengah banyaknya pertanyaan dan keragu-raguan akan berjalannya pembentukan Komunitas ASEAN 2015, pemimpin-pemimpin ASEAN kemudian menyelenggarakan KTT ASEAN ke-22 di Bandar Seri Begawan, ibukota Brunei pada bulan April 2013. 

KTT ASEAN KE-22 DI BANDAR SERI BEGAWAN, BRUNEI

KTT ASEAN ke-22 yang di gelar di Bandar Seri Begawan, Brunei menfokuskan pada pembangunan Badan Persatuan ASEAN dan pencapaian perkembangan negara-negara ASEAN dalam rangka merampungkan Piagam ASEAN. KTT ASEAN ke-22 ini mengangkat tema "Menyatukan Rakyat, Menciptakan Masa Depan". Dalam KTT yang diadakan di Kamboja tahun lalu, para pemimpin negara anggota ASEAN telah berkomitmen membentuk Badan Persatuan sebelum 31 Desember 2015. Oleh karena itu, pada KTT kali ini khusus merundingkan bagaimana pembangunan Badan Persatuan ASEAN.

Para pemimpin masing-masing delegasi mengadakan pembahasan mengenai tiga pilar Badan Persatuan ASEAN, yaitu persatuan keamanan, persatuan ekonomi, serta persatuan sosial dan kebudayaan beserta tantangan serta solusinya. Selain itu, para pemimpin delegasi juga bertukar pendapat mengenai masalah internasional dan regional, dan juga merundingkan peranan yang dimainkan ASEAN dalam kerangka regional. Pada pertemuan kali ini, juga membahas isu-isu hangat yang memiliki pengaruh secara langsung terhadap ASEAN, termasuk didalamnya konflik-konflik regional.

Dalam KTT ini, para pemimpin ASEAN juga membahas beragam permasalahan dan tantangan, serta kemungkinan terjadi konflik, yang diakibatkan perbedaan yang tajam dalam perkembangan ekonomi dan sosial di antara negara-negara ASEAN. Secara garis besar, pada KTT ASEAN ke-22 kali ini menghasilkan beberapa rancangan rencana, terutama rencana Persatuan Ekonomi ASEAN hingga tahun 2015, yaitu :
  1. Membentuk pasar dan basis produksi Unilateral,
  2. Bebas pajak,
  3. Pergerakan individu dan aliran dana yang lebih bebas,
  4. Memadukan diri secara menyeluruh ke dalam sistem ekonomi global.
Dan dalam KTT kali ini, para pemimpin negara ASEAN akan menjajaki langkah-langkah peningkatan pertukaran, mendorong mobilitas jasa dan aliran tenaga kerja secara bebas, serta mengeluarkan sistem visa unilateral ASEAN. Selain itu dalam KTT tersebut juga dibahas mengenai keamanan regional menyangkut permasalahan perselisihan keadulatan Laut Tiongkok Selatan dan situasi di Korea Utara.

TIGA PILAR ASEAN COMMUNITY ATAU KOMUNITAS ASEAN 2015

Dalam KTT ASEAN Ke-22 yang diselenggarakan di Bandar Seri Begawan, Brunei di bahasa mengenai pembentukan Badan Persatuan ASEAN yang pelaksanaannya berlandaskan pada tiga pilar Komunitas ASEAN, yaitu persatuan keamanan, persatuan ekonomi, serta persatuan sosial dan kebudayaan. Ketiga pilar ini menjadi paradigma baru yang akan menggerakkan kerjasama tiap-tiap elemen dalam ASEAN ke arah sebuah komunitas dan identitas baru yang lebih mengikat.
  1. Persatuan Keamanan, yang pelaksanaannya berlandaskan kepada proses damai dalam menyelesaikan perselisihan yang mungkin terjadi di antara sesama anggota. Selain itu, masyarakat keamanan ASEAN juga berpegang pada prinsip-prinsip non-intervensi, pengambilan keputusan berdasarkan mufakat, ketahanan nasional dan regional, saling menghormati kedaulatan nasional, penghindaran penggunaan ancaman ataupun penggunaan kekuatan dalam penyelesaian perbedaan maupun perselisihan. Sasaran kerjasama dalam keamanan diarahkan kepada upaya-upaya menangkal persengketaan diantara sesama negara anggota ASEAN maupun antar negara ASEAN dengan negara non-ASEAN untuk mencegah ekskalasi persengketaan menjadi konflik. Melalui persatuan keamanan ini, Badan Persatuan ASEAN dapat membuat instrumen-instrumen seperti pembangunan kawasan damai, netral, dan bebas, traktat persahabatan dan kerjasama, serta kawasan bebas nuklir dengan berpegang atau berlandaskan pada tujuan-tujuan yang telah termaktub dalam pokok-pokok prinsip keamanan ASEAN.
  2. Persatuan Ekonomi, di mana Komunitas Ekonomi ASEAN adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi ASEAN untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, sejahtera, dan berdaya saing tinggi, berlandaskan pada kepentingan bersama dan memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi melalui kerjasama yang sedang berjalan dan inisiatif baru dalam kerangka waktu yang jelas. Melalui Persatuan Ekonomi ini, Badan Persatuan ASEAN dapat membuka jalur kerjasama perekonomian yang terintegrasi dengan membentuk AFTA, yaitu kawasan perdagangan bebas ASEAN dan termasuk didalamnya kerjasama bebas dengan negara Mitra Wicara ASEAN. Adapun kerjasama perdagangan bebas ASEAN mencakup sektor jasa telekomunikasi dan transportasi, komoditi sumber daya alam, pertanian dan kehutanan, sektor energi dan mineral, usaha kecil dan menengah. Diharapkan melalui Pilar Persatuan Ekonomi akan tercipta kawasan yang stabil, makmur, kompetitif, serta terciptanya pasar tunggal dan basis produksi dengan implikasi pada kebebasan aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja trampil, dan kapital.
  3. Persatuan Sosial dan Kebudayaan, Pada KTT ASEAN di Vientiane pada tahun 2004 para pemimpin ASEAN sepakat bahwa masyarakat sosial-budaya ASEAN akan mencakup empat wilayah utama, yaitu pembentukkan "a community of caring society", pengelolaan dampak sosial dari integrasi ekonomi, peningkatan pelestarian lingkungan, dan peningkatan identitas ASEAN. Melalui persatuan sosial dan kebudayaan ini, Badan Persatuan ASEAN dapat mewujudkan harapan untuk meningkatkan standar kehidupan yang memiliki cakupan dalam berbagai bidang dan bersifat sangat fungsional seperti bidang kebudayaan, informasi, pendidikan, lingkungan, sains dan teknologi, penanganan bencana, kesehatan, tenaga kerja, pengentasan kemiskinan, perdagangan manusia, narkotika, hingga peningkatan kapasitas kepegawaian dan administrasi. 
Pembangunan Badan Persatuan ASEAN sebagai hasil dari KTT ASEAN ke-22 merupakan langkah yang sangat penting, mengingat waktu yang tersisa hanya tinggal beberapa tahun lagi. Badan Persatuan ASEAN diharapkan mampu mempercepat pelaksanaan dasar-dasar dari pembentukan Komunitas ASEAN 2015. Berbekal landasan yang tertuang dalam tiga pilar Komunitas ASEAN yang telah diuraikan di atas, akan semakin mempermudah Badan Persatuan ASEAN dalam meletakan pondasi yang kuat sebagai langkah awal negara-negara ASEAN menjadi satu kawasan terpadu dengan satu identitas di Asia Tenggara.

TANTANGAN MENUJU KOMUNITAS ASEAN 2015

Komunitas ASEAN 2015
Komunitas ASEAN 
Spirit utama Komunitas ASEAN tentulah hidup berdampingan secara harmonis sebagai satu keluarga besar, bekerja sama, dan saling menguntungkan. Masyarakat ASEAN dengan mudah bepergian dan tinggal serta bekerja di negara ASEAN lainnya. Bukan hanya itu, perdagangan barang dan jasa serta arus modal bakal semakin bebas tanpa hambatan mengalir dari satu negara ke negara lain dalam kawasan ASEAN. Bukan hanya itu, sebagai suatu komunitas, ASEAN harus memiliki indikator yang seragam bahkan menyangkut kualitas-kualitas kehidupan masyarakatnya, entah itu dari segi pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan secara umum. Standar-standar barang dan jasa pun harus selaras, berikut standar pelayanan bisnis dan keimigrasian, pendek kata semua elemen kehidupan dalam masyarakat ASEAN sebagai suatu komunitas harus sama dan terintegrasi dalam suatu ikatan kekerabatan, perdagangan, dan juga investasi.

Kesadaran masyarakat harus dibangun dengan segera, dimana penegasan ini dirujukkan kedalam "people to people connectivity" harus mulai diberlakukan dan disosialisasikan agar tidak terjadi shock dalam masyarakat. Tantangan besar ini harus segera di benahi, terutama masyarakat, karena dalam Komunitas ASEAN 2015 nanti yang paling besar memainkan peranan adalah masyarakat, jika masyarakatnya sendiri tidak memahami bahkan tidak tahu apa arti pentingnya menjadi satu bagian dari komunitas maka akan terjadi bukan hanya shock tapi juga panic dan dalam keadaan panik akan timbul tindakan-tindakan yang tidak beraturan hingga berakibat rusaknya satu sistem sosial dalam masyarakat yang paling hakiki yaitu nilai diri.

Memang tantangan yang dihadapi negara-negara ASEAN menjelang diberlakukannya ASEAN sebagai satu komunitas besar di kawasan Asia Tenggara tidaklah mudah bahkan sangat pelik. Berbagai persoalan, konflik, dan ketimpangan ekonomi serta sosial mewarnai perjalanan ASEAN menjadi satu komunitas. Beragam permasalahan bahkan konflik yang terjadi bahkan antara negara-negara ASEAN itu sendiri merupakan tantangan yang cukup sulit untuk ditaklukan.
  1. Dari sisi integrasi dan komunitas ekonomi, ketimpangan perekonomian antar negara menjadi satu permasalahan yang cukup rumit. Belum lagi masalah nilai mata uang yang berbeda akan memicu permasalahan keuangan dan perbankan yang tidak main-main imbasnya terhadap perekonomian negara bahkan perekonomian global. Persaingan pasar barang dan jasa yang mungkin saja berimbas pada nilai jual beli itu sendiri namun berimbas juga pada masalah sosial. Meskipun jika ditelaah lebih jauh, masalah integrasi dan pembentukan komunitas ekonomi ASEAN bukan melulu tantangan, karena di sana ada peluang besar yang membentang luas untuk diraih.
  2. Dari sisi sosial dan kebudayaan, bukan hanya permasalahan pemahaman masyarakat akan diberlakukannya ASEAN sebagai satu komunitas saja yang penting, namun masih banyak permasalahan dan kesalahpahaman mendasar yang memicu konflik antar negara ASEAN, seperti masalah TKI, masalah perbedaan latar belakang budaya masyarakat, bahasa, bahkan nilai-nilai sosial keagamaan. Meskipun tidak sepenuhnya hal ini merupakan tantangan, karena keberagaman budaya dan masyarakat sesungguhnya memperkaya ASEAN menjadi satu komunitas di kancah pergaulan masyarakat dunia.
  3. Dari sisi keamanan, yang paling menonjol adalah permasalah batas negara. Persoalan ini bahkan memicu konflik antar negara ASEAN selama bertahun-tahun tanpa penyelesaian. Hal ini akan memberatkan langkah ASEAN menuju satu komunitas, karena untuk menjadi satu komunitas yang harmonis, antar negara ASEAN harus mampu menyelesaikan berbagai sengketa batas negara agar dapat menegakan kepala secara tegas kepada dunia terutama kepada Asia bahwa inilah Komunitas ASEAN.
Berbagai penyelesaian permasalahan tersebut sesungguhnya harus didasarkan pada "One Vision, One Identity, One Community", karena dengan kesadaran itulah negara-negara ASEAN mampu dipersatukan sebagai satu komunitas yang harmonis. Dan hal ini juga menunjukkan sejauh mana agreement ASEAN mampu menekan masing-masing anggotanya untuk bisa bersinergi dalam menciptakan pasar tunggal ASEAN. Dengan menyamakan visi, maka akan tercipta kesadaran bahwa ASEAN merupakan identitas diri dan ASEAN adalah komunitas di mana tiap-tiap warganegara antara negara yang satu dengan yang lain saling terkoneksi satu sama lain di masa depan.

Sumber referensi tulisan :
  1. http://nasional.kompas.com
  2. http://indonesian.cri.cn
  3. http://tegerbangun366.blogspot.com
  4. http://suryaden.com
Mutia Erlisa Karamoy
Mutia Erlisa Karamoy Mom of 3 | Lifestyle Blogger | Web Content Writer | Digital Technology Enthusiast | Another Blog bundadigital.my.id | Contact: elisakaramoy30@gmail.com

Posting Komentar untuk "ONE VISION, ONE IDENTITY, ONE COMMUNITY MENUJU KOMUNITAS ASEAN 2015"