BATASI PERILAKU KONSUMTIF ANAK, JADILAH KONSUMEN CERDAS
Sebagai konsumen, anak-anak jelas berpotensi vital bagi dunia bisnis dan industri. Dari tayangan iklan di televisi sudah dapat disimak betapa produk konsumsi anak-anak mendominasi produk mainan, sandang, pangan, obat-obatan, sampai kosmetik anak. Para pemasar produk anak-anak cerdik mengeksploitasi rasa bersalah kaum dewasa, terutama ibu sebagai pengelitik gairah beli terhadap produk yang ditawarkan. Para ibu yang tidak membeli produk akan dihantui rasa bersalah karena tidak sayang anak.
Jurus Management By Guilt memang ampuh sebagai perangkap persuasif agar para orangtua yang sayang anak mau tidak mau harus membeli produk yang diiklankan. Para orangtua memang bukan konsumen, namun pembeli bahkan pelanggan produk anak-anak yang sangat potensial. Hebatnya anak-anak terhadap perilaku tidak berhenti pada kebutuhan mereka sendiri, tapi meliputi semua produk yang diiklankan. Anak-anak berperilaku konsumtif tanpa sama sekali berperan sebagai konsumen, buyer, dan customer.
Akibat belum mampu berperan sebagai konsumen, buyer dan customer, tidak ada jalan lain bagi anak-anak demi memuaskan keinginan atau jiwa konsumtifnya dengan cara meneror orangtua mereka untuk membeli bahkan menjadi pelanggan produk yang sebenarnya sama sekali tidak atau belum mereka butuhkan.
Anak-anak memang belum mampu karena belum berhak mengambil keputusan , namun anak-anak mampu merekayasa suasana lewat rayuan, hasutan, ancaman, maupun sekedar gaya si lemah yang sama sekali tidak berdaya dan celakanya hal ini menjadi sangat potensial mempengaruhi pengambilan keputusan konsumtif. Posisi lebih lemah, lebih butuh perlindungan malah ideal memperkuat bargaining-position anak-anak terhadap kaum dewasa dalam hal ini orangtua.
Perilaku konsumtif memang bagian yang penting dalam mekanisme pasar yang memutar roda ekonomi. Tanpa konsumen yang mengkonsumsi produk produsen, jelas tidak ada produsen mampu bertahan produktif. Namun perilaku konsumtif yang berlebihan bisa mengancam kesejahteraan individu maupun masyarakat. Oleh karena itu sejak dini semestinya anak-anak sudah dibina dan dididik untuk berperilaku konsumtif terkendali atas kebutuhan secara tepat dan benar. Proses edukasi ini merupakan tanggung jawab orangtua, namun untuk menjadi seorang edukator, orangtua juga harus mampu merefleksikan dirinya menjadi seorang konsumen yang bertanggung jawab...ya menjadi seorang konsumen cerdas, untuk diri sendiri dan anakanak.
Memang sudah sepantasnya kita mampu menjadi seorang konsumen yang cerdas. Kita perlu mengingat pesan yang kerap dikatakan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan bahwa penjual dan pembeli dalam hal ini konsumen mempunyai ikatan yang kuat dalam proses jual beli, artinya semua masyarakat selaku konsumen harus bisa menjadi konsumen cerdas, teliti, dan cermat dalam memilih barang-barang yang akan dikonsumsi. Selain itu harus juga mengetahui hak dan kewajibannya sebagai konsumen yang baik. Untuk menjadi konsumen cerdas tidaklah rumit karena ada beberapa kiat yang selalu disosialisasikan Kementerian Perdagangan yang bisa menjadi pegangan setiap konsumen.
Untuk dapat menjadi konsumen cerdas, yaitu sebagai konsumen harus dapat menegakkan hak dan kewajibannya dengan melakukan hal-hal seperti :
- Teliti sebelum membeli,
- Memperhatikan label,
- Kartu manual garansi dan tanggal kadaluarsa,
- Memastikan bahwa produk tersebut sesuai standar mutu K3L,
- Serta membeli barang-barang sesuai dengan kebutuhan bukan keinginan.
Sebagai konsumen kita juga harus tahu bahwa konsumen mempunyai hak dan kewajiban yang dilindungi Undang-undang dan mengetahui akses ke Lembaga Perlindungan Konsumen demi untuk memperjuangkan hak-haknya. Diharapkan dengan pengetahuan ini kesadaran masyarakat untuk melindungi dirinya sendiri dan lingkungannya lebih tinggi. Perlu juga diketahui bahwa Pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan telah membuat regulasi atau payung hukum untuk melindungi konsumen, dan secara rutin melakukan pengawasan.
Namun semua langkah perlindungan itu menjadi tidak efektif apabila tidak disertai partisipasi konsumen untuk kritis dan ikut melakukan pengawasan. Yang paling penting adalah tularkan sikap kritis ini pada anak-anak yang masih sangat rentan terprovokasi produk-produk yang tidak sesuai bahkan tidak dibutuhkan. Anak-anak terutama usia sekolah sangat cepat terprovokasi untuk mengambil keputusan dalam membeli suatu produk katakanlah makanan, karena itu sedini mungkin edukasi anak untuk teliti sebelum membeli dengan memperhatikan tanggal kadaluarsa, nilai gizi, komposisi atau bahan dasar pembuatan produk tersebut, dan perusahaan yang memproduksinya. Semua itu harus tercantum dengan jelas sebelum membeli. Menjadi konsumen cerdas harus dimulai dari masyarakat yang cerdas dalam hal ini orangtua, yang kemudian akan melahirkan generasi konsumen cerdas berikutnya.
Sumber tulisan :
- http://hkn2013.com
- Mulyana, Deddy & Idi Subandy Ibrahim (Eds), Bercinta dengan televisi, Remaja Rosdakarya Bandung, 1997.
21 komentar untuk "BATASI PERILAKU KONSUMTIF ANAK, JADILAH KONSUMEN CERDAS"
Makasih.
bisa nih belajar nulis dari tulisan2 mbak Mutia..:)
selamat :)
Selamat yaa :)
5 juta siap di tangan.
tulisnya kurang mengena ke seluruh konsumen SECARA NASIONAL ... !!! dampak terwujudnya konsumen cerdas juga masih belum terbukti saya rasa makalah ini masih sebatas OPINI atau pendapat
monggo mampir di blg saya
http://najibkarya.blogspot.com/
artikelnya bagus mohon kunjunganya
di artikel sederhana saya
http://najibkarya.blogspot.com/